REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebanyak 1.140 ekonom termasuk 14 pemenang nobel mengirim surat kepada Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Mereka khawatir kebijakan ekonomi Trump akan membuat AS mengulangi kesalahan seperti pada 1930 silam.
Ribuan ekonom itu menyuarakan protes soal meningkatnya tensi perdagangan antara Uni Eropa (UE) dengan AS terkait penetapan tarif impor baja dan alumunium. Mereka takut kebijakan tersebut akan kembali membawa dunia terjerumus dalam depresi berat.
"Kami yakin peningkatan proteksi tarif merupakan sebuah kesalahan. Pada 1930, sebanyak 1.028 ekonom mendesak kongres untuk menolak proteksi tarif Smoot-Hawley," bunyi surat yang dikirimkan ribuan ekonom kepada Trump seperti diwartakan Guardian, Jumat (4/5).
Proteksi Smoot-Hawley mengacu pada tarif impor yang diberlakukan pemerintah AS pada 1930 yang diinsiasi oleh senator Reed Smoot dan anggota DPR Willis C. Hawley. Kebijakan yang disahkan pada 17 Juni itu meningkatkan tarif impor kepada lebih dari 20 ribu barang masuk.
Saat itu, kongres tidak mengindahkan peringatan yang diberikan ekonom dan berujung pada jatuhnya ekonomi negara. Kini ekonom meminta pemerintah untuk tidak mengambil langkah serupa. Mereka berpendapat, kondisi saat ini sudah banyak berubah sejak 1930 silam, seperti meningkatnya perdagangan negara.
Ekonom menilai Trump telah banyak melakukan perubahan terkait kebijakan ekonomi sejak menduduki Gedung Putih. Presiden ke-45 itu bahkan mengancam akan keluar dari sejumlah kesepakatan perdagangan yang dicapai dalam beberapa dekade kebelakang.
Hal itu termasuk Perdagangan Bebas Amerika Utara (Nafta). Trump menilai Nafta telah merusak basis manufaktur AS. Trump juga diketahui telah keluar dari perjanjian dagang Trans-Pacific Partnership (TTP).
"Sekarang warga Amerika menghadapi proteksi impor yang baru, termasuk pengunduran diri dari sejumlah kesepakatan perdagangan, kesalahan terkait tarif baru dalam menanggapi ketidakseimbangan perdagangan, dan pengenaan tarif pada mesin cuci, dan bahkan baja dan aluminium yang digunakan oleh produsen AS," kata surat tersebut.
Dalam surat itu, ekonom mengatakan jika negara-negara dunia enggan melakukan perdagangan dengan AS jika mereka tidak diperbolehkan menjual barang ke dalam negeri. Sebabnya, ekonom meminta pemeritnah untuk memikirkan ulang terkait kebijakan tarif tersebut.
"Tarif yang lebih tinggi akan berpengaruh terhadap hubungan internasional negara dan perang tarif tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik untuk pertumbuhan perdamaian dunia," kata surat itu.
Direktur dari National Taxpayers Unions Free Trade Initiative, yang juga menjadi kordinator surat tersebut, Bryan Riley mengatakan, Trump dan mantan kandidat presiden Partai Demokrat Bernie Sanders telah meningkatkan argumen terhadap perdagangan bebas menjelang pemilu. Mereka beralasan hal tersebut mengancam keseimbangan ekonomi global.
Riley mengatakan, saat ini perdagangan antara dunia internasional menjadi hal yang lebih penting untuk ekonomi global. Dia mengatakan, perang perdagangan yang diinisiasi oleh Trump memiliki konsekuensi yang mengerikan.
"Kami lebih mengandalkan perdagangan internasional lebih dari apapun sepanjang sejarah yang ada," kata Bryan Riley .
Sementara, UE mengaku siap melakukan perang perdagangan dengan AS. Eropa tidak ragu untuk bersaing dengan AS yang memaksa untuk memberlakukan tarif ekspor baja dan alumunium dari Eropa.
Bahasan tarif ekspor itu sebenarnya sudah sempat didiskusikan dalam KTT di Brussel beberapa waktu lalu. Namun, pertemuan tingkat tinggi itu tampaknya tidak berjalan sesuai dengan harapan para pengambil kebijakan negara.
Paman Sam menerapkan tarif impor sebesar 25 persen untuk baja dan 10 persen untuk alumunium pada Maret 2018 atas dasar keamanan nasional. Namun belakangan, AS memberikan kelonggaran tarif bagi negara-negara sekutu.
Keringanan diberikan kepada Uni Eropa, Australia, Argentina, Brazil, Kanada, Meksiko, dan Korea Selatan (Korsel). Hal serupa tidak diberikan kepada Cina yang menjadi titik fokus dari pemberlakuan tarif tersebut. Hal itu menyusul defisit perdagangan AS dengan Cina yang mencapai 502 triliun dolar AS.
Sementara, surat yang dikirimkan kepada Donald Trump itu juga ditandatangani oleh peraih nobel ekonomi seperti Alvin Roth, Richard Thaler, Oliver Hart, Roger Myerson, dan James Heckman. Surat itu juga dibubuhi paraf dari mantan kepala konsul penasihat ekonomi Barrack Obama Jason Furman dan mantan direktur anggaran Ronald Reagan, James Miller.