Senin 07 May 2018 09:54 WIB

Iran: AS akan Menyesal Jika Mundur dari Perjanjian Nuklir

Trump mengecam kesepakatan nuklir Iran yang diicapai di era kepemimpinan Obama

Rep: Winda Destiana Putri/ Red: Nidia Zuraya
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.
Foto: Reuters/ISNA/Hamid Forootan/Files
Proyek reaktor nuklir Arak di Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan menghadapi penyesalan bersejarah jika bersikeras membatalkan perjanjian nuklir dengan Teheran. Komentar Rouhani datang ketika presiden AS memutuskan apakah akan menarik diri dari kesepakatan dengan tenggat waktu 12 Mei.

Trump mengecam kesepakatan yang dicapai di era kepemimpinan Barack Obama tersebut. Diketahui kesepakatan nuklir 2015 antara Iran, AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis dan Inggris itu mencabut sanksi atas Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.

Perancis, Inggris dan Jerman telah berusaha membujuk presiden AS bahwa kesepakatan saat ini adalah cara terbaik untuk menghentikan Iran mengembangkan senjata nuklir. PBB juga memperingatkan Trump agar tidak menjauh dari kesepakatan itu.

Namun, ia telah mengancam bahwa AS akan menarik diri dari kesepakatan pada pertemuan 12 Mei nanti. Dalam komentar yang disiarkan TV pemerintah Iran, Presiden Rouhani mengatakan, jika AS meninggalkan kesepakatan nuklir, akan menyebabkan penyesalan bersejarah.

Tak tanggung-tanggung, Rouhani juga mengklaim memiliki rencana untuk menghadapi setiap kebijakan yang nantinya akan diambil Trump. "Kami siap melawannya," kata dia.

Iran menegaskan program nuklirnya sepenuhnya damai dan mengatakan pihaknya menganggap kesepakatan itu tidak dapat dinegosiasikan.

Pekan lalu, Israel mengungkapkan file nuklir rahasia yang mengatakan Iran telah menjalankan nuklir secara diam-diam pada tahun 2003. Iran menyebut Netanyahu telah berbohong dan telah mengulangi tuduhan lama yang sempat dilontarkan oleh PBB, dilansir laman BBC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement