REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menilai Iran memiliki peran penting dalam memerangi terorisme di Suriah.
"Dalam mencari penyelesaian politik dan aktivitas anti-teroris di Suriah, Iran dapat bermain dan memang merencanakan peran yang benar-benar efektif serta penting dalam memerangi terorisme," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova. ketika diwawancara kantor berita Iran, IRNA, dilaporkan laman kantor berita Rusia TASS pada Ahad (6/5).
Ia menilai sikap terhadap Iran, yang pertama dilakukan Amerika Serikat (AS), tidak akan membawa kedamaian dan ketenangan di kawasan. "Tidak juga akan membuat Eropa lebih aman," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Zakharova pun menyinggung perihal rencana AS yang ingin menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran atau dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Klaim otoritas AS untuk menarik diri dari JCPOA secara sepihak merupakan ancaman terhadap hukum dan keamanan internasional," kata Zakharova.
Kesepakatan nuklir Iran ditandatangani Iran bersama Prancis, Inggris, AS, Jerman, Cina, Rusia, dan Uni Eropa pada Oktober 2015. Kesepakatan tersebut mulai berlaku atau dilaksanakan pada 2016.
Kesepakatan nuklir tercapai melalui negosiasi yang panjang dan alot. Tujuan utama dari kesepakatan itu adalah memastikan bahwa penggunaan nuklir oleh Iran hanya terbatas untuk kepentingan sipil, bukan militer. Sebagai imbalannya, sanksi ekonomi dan embargo yang dijatuhkan terhadap Teheran akan dicabut.
Namun, Presiden AS Donald Trump menilai kesepakatan tersebut cacat. Salah satu penyebabnya adalah karena kesepakatan tersebut tak mengatur tentang aktivitas uji coba rudal yang tengah dikembangkan Iran beberapa waktu belakangan.
Trump pun mengancam akan menarik AS dari kesepakatan tersebut. Ia mengklaim Iran telah melanggar kesepakatan karena telah mengembangkan senjata nuklir berbahaya.