REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Direktur Jenderal Arakan Rohingya Union, Wakar Uddin, mengatakan dia berharap Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dapat terus memberikan tekanan kepada Pemerintah Myanmar terkait isu Rohingya. Hal itu disampaikannya dalam momentum pertemuan Dewan Menteri Luar Negeri OKI ke-45 di Dhaka.
Kepada kantor berita Anadolu, Uddin mengatakan OKI memiliki pengaruh besar untuk mempercepat proses repatriasi para pengungsi Rohingya. Menurutnya, komunitas Rohingya ingin organisasi itu menggunakan kekuatannya untuk membantu mereka.
"OKI adalah harapan kami, dan organisasi ini memiliki pengaruh yang cukup luas," kata Uddin, Senin (7/5).
Uddin mengatakan, pertemuan khusus OKI di Dhaka mendorong komunitas Rohingya untuk dapat mengekspresikan perjuangan politik, kemanusiaan, dan hak asasi manusia mereka. Dia juga menyoroti potensi OKI untuk mempengaruhi AS, Inggris, Prancis, Cina, dan negara lain.
Ia meminta OKI untuk dapat menjangkau Cina dan Rusia dalam masalah Rohingya. OKI selama ini memiliki hubungan diplomatik aktif dengan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.
Menurut Amnesty International, sejak 25 Agustus 2017, sekitar 750 ribu warga Rohingya yang sebagian besar anak-anak dan perempuan, melarikan diri dari Myanmar. Saat itu, pasukan Myanmar melancarkan tindakan keras terhadap komunitas Muslim minoritas tersebut.
Sementara data Doctor Without Borders menunjukkan, sedikitnya 9.000 warga Rohingya tewas di Negara Bagian Rakhine dari 25 Agustus hingga 24 September. Dalam laporan yang diterbitkan pada 12 Desember itu, organisasi kemanusiaan tersebut menyatakan 71,7 persen atau 6.700 kematian warga Rohingya disebabkan oleh kekerasan. Mereka termasuk 730 anak-anak di bawah usia lima tahun.
Baca: OKI Ingin Lebih Berperan Atasi Masalah Rohingya