REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Anggota Parlemen Iran membakar bendera Amerika Serikat (AS) di gedung parlemen pada Rabu (9/5). Aksi ini dilakukan karena keputusan AS yang menarik diri dari perjanjian nuklir Iran. Selain membakar bendera, mereka juga meneriaki slogan anti AS. Seperti , "Death to America!"
Aksi tersebut mencerminkan kemarahan publik yang luas di Iran setelah keputusan Trump, yang mengancam untuk menghancurkan kesepakatan nuklir 2015. Sementara para pejabat Iran, termasuk pembicara parlemen, berharap Eropa akan bekerja sama dengan Iran untuk mempertahankan kesepakatan. Walaupun banyak pihak yang pesimistis akan hal itu.
Para anggota parlemen, termasuk seorang ulama Syiah ikut serta dalam aksi tersebut. Mereka juga membakar selembar kertas yang mewakili kesepakatan nuklir dan menginjak abu kertas itu.
Pembakaran bendera AS adalah hal yang umum di Iran. Kritik keras terhadap AS telah menjadi pokok politik parlemen Iran selama bertahun-tahun. Kesepakatan 2015 memberlakukan pembatasan program nuklir Iran sebagai imbalan atas pencabutan sebagian besar sanksi AS dan internasional.
Namun, kesepakatan itu memiliki batas waktu dan tidak membahas program rudal balistik Iran atau kebijakan regionalnya di Suriah dan tempat lain. Trump telah berulang kali mengatakan bahwa itu merupakan kesepakatan terburuk yang pernah ada. Para pendukung kesepakatan telah mengatakan batasan waktu itu dimaksudkan untuk mendorong lebih banyak diskusi dengan Iran di masa depan yang pada akhirnya dapat mengatasi masalah lainnya.
Selasa malam (8/5), Presiden Hassan Rouhani mengatakan dia akan mengirim Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif ke negara-negara yang masih dalam kesepakatan yakni Cina, Prancis, Jerman, Rusia dan Inggris. Iran berharap Uni Eropa akan mengeluarkan undang-undang untuk melindungi perusahaan-perusahaan Eropa dari segala potensi sanksi AS. Pejabat Uni Eropa mengaku akan berusaha untuk menyelamatkan perjanjian.
Namun, Rouhani menekankan bahwa Iran, kapan saja, dapat melanjutkan program nuklirnya.
"Jadi jika perlu, kita dapat memulai pengayaan industri tanpa batasan...Semuanya tergantung pada kepentingan nasional kita," katanya.
Rabu pagi setelah insiden pembakaran bendera tersebut, pembicara parlemen Ali Larijani mengatakan Uni Eropa dan kekuatan dunia lainnya bertanggung jawab untuk menyelamatkan kesepakatan itu.
Larijani juga mendesak departemen nuklir Iran mempersiapkan kembalinya semua aspek kegiatan nuklir Iran. Saat ini, banyak warga Iran khawatir akan keputusan AS tersebut.