REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyatakan keputusan Presiden AS Donal terkait kesepakatan nuklir adalah sebuah kesalahan. Trump diketahui memilih untuk meninggalkan kesepakatan nuklir multi-negara yang disetujui 2015 lalu.
"Saya sudah mengatakan ini dari hari pertama, jangan percaya Amerika," ujar Khamenei seperti dilansir dari BBC, Kamis (10/5). Dirinya lalu mendesak pemerintah untuk mendapatkan jaminan dari kekuatan Eropa sebelum memilih untuk setuju melanjutkan kesepakatan.
Kesepakatan mengenai nuklir ini ditandatangani pada 2015 dengan tujuan menahan kegiatan nuklir Iran dan dengan imbalan mencabut sanksi PBB, AS, dan Uni Eropa. Perjanjian ini ditandatangani oleh Barack Obama, Iran, lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB, AS, Inggris, Prancis, Cina, san Rusia, dan Jerman.
Trump sendiri telah lama menentang kesepakatan tersebut dengan menyatakan ada cacat di bagian utama kesepakatan. AS pun akan menarik dan kembali memberlakukan sanksi ekonomi. Sementara itu bagi pihak lain yang terlibat menyatakan akan terus melanjutkan kesepakatan dan berkomitmen.
Presiden Prancis Emmanuel Macron jugua menyebut keputusan Trump adalah sebuah kesalahan. Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson mengatakan Inggris tidak akan meninggalkan perjanjian. " Kami akan melakukan segalanya dalam hal memastikan Iran mematuhi kewajibannya di masa depan," ujar Kanselir Jerman Angela Merkel.
Presiden Iran Hassan Rouhani yang dianggap sebagai tokoh reformis moderat dan menandatangani perjanjian 2015 silam menyatakan ia akan mencoba untuk menyelamatkan kesepakatan tersebut.
Ia juga menyatakan negaranya sedang mempersiapkan pengerjaan uji coba nuklir kembali dengan menggunakan uranium jika perjanjian tersebut batal. Namun jika perjanjian tetap berjalan sedia kala maka ia tidak akan melakukan apapun.
Menanggapi pernyataan di atas, Trump menyebut agar Iran tidak memulai lagi program nuklir mereka. "Aku ingin memberi saran kepada Iran agar tidak melanjutkan program nuklir mereka. Jika mereka tetap berani melanjutkan ada konsekuensi yang parah menunggu mereka," ujarnya.