Kamis 10 May 2018 10:41 WIB

Sepak Terjang Mahathir Mohamad di Dunia Politik Malaysia

Di bawah pemerintahannya, Malaysia berubah menjadi salah satu macan ekonomi Asia.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Mahathir Mohamad.
Foto: AP
Mahathir Mohamad.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Di usia 92 tahun, Mahathir Mohamad akan kembali menjabat sebagai perdana menteri Malaysia. Sebelumnya, Mahathir pernah berada di jabatan tersebut selama 22 tahun, sejak 1981 hingga 2003.

Setelah bertengkar dengan Perdana Menteri Najib Razak serta partai United Malays National Organisation (UMNO) yang berkuasa, dia sekarang memimpin koalisi oposisi Pakatan Harapan. Sebelum pemilihan umum, dia mengatakan berniat menjadi perdana menteri selama dua tahun, sebelum menyerahkan jabatannya kepada pemimpin koalisi yang saat ini sedang dipenjara, Anwar Ibrahim.

Dorongan dan semangat Mahathir untuk kembali ke dunia politik Malaysia setelah 15 tahun, diperkirakan akan menghadapi jalan yang sulit untuk menjatuhkan koalisi pemerintahan Najib. Namun pencalonannya sebagai perdana menteri tidak mengejutkan warga Malaysia.

Mahathir bergabung dengan UMNO pada usia 21 tahun. Ia menjalankan praktik medis selama tujuh tahun di Negara Bagian Kedah sebelum menjadi anggota parlemen pada 1964. Pada 1969, ia kehilangan kursinya dan dikeluarkan dari partai setelah menulis surat terbuka yang menyerang Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman.

Dia kemudian menulis sebuah buku kontroversial berjudul 'The Malay Dilemma'. Di dalamnya, ia berpendapat bahwa penduduk Melayu di negara itu telah terpinggirkan dan secara apatis menerima status kelas dua.

Mahathir kembali ke UMNO dan terpilih di parlemen pada 1974, untuk kemudian menjabat sebagai menteri pendidikan. Dalam kurun waktu empat tahun ia telah menjadi wakil pemimpin UMNO dan pada 1981 ia menjadi perdana menteri.

Di bawah pemerintahannya, Malaysia berubah menjadi salah satu macan ekonomi Asia pada 1990-an. Proyek-proyek prestisius seperti pembangunan Menara Kembar Petronas menunjukkan ambisinya yang cukup besar.

Kebijakannya yang otoriter tetapi pragmatis, berhasil memancing dukungan rakyatnya di dalam negeri. Namun ia juga banyak menjebloskan politikus oposisi ke dalam penjara tanpa melalui pengadilan, di bawah Internal Security Act yang banyak dikritik.

Wakil perdana menterinya, Anwar Ibrahim, turut dipecat setelah dituduh melakukan praktik korupsi dan terlibat dalam kasus sodomi. Anwar dipenjara tepat saat dia menyerukan reformasi ekonomi dan politik pada 1998.

Mahathir memiliki reputasi luar negeri yang kurang baik, karena komentar tajamnya tentang Barat. Beberapa hari sebelum dia pensiun pada Oktober 2003, misalnya, dia membuat marah beberapa pemerintah asing dan kelompok Yahudi dengan mengatakan komplotan Yahudi saat ini tengah mengendalikan dunia.

Bahkan dalam masa pensiun, Mahathir tidak pernah benar-benar meninggalkan arena politik. Dia secara terbuka mengkritik penggantinya, Abdullah Badawi. Setelah hasil pemilu yang cukup buruk untuk koalisi yang berkuasa pada 2008, Mahathir memutuskan untuk mundur dari partai, guna menekan Abdullah. Keputusan itu kemudian membuka jalan bagi Najib untuk berkuasa.

Pada awalnya, Mahathir memberi dukungan penuh untuk Najib. Namun dukungan itu tak lagi diberikannya setelah Najib terseret kasus korupsi 1MDB yang menyangkut dana negara.

Ia meminta UMNO untuk menekan Najib dari dalam partai dan pemerintahan. Namun upayanya sia-sia sehingga ia dan beberapa tokoh penting UMNO menyeberang ke oposisi pada 2016.

Pada Januari tahun ini, ia mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum. Pada 9 Mei, ia berhasil meraih kemenangan bersejarah dan mengalahkan koalisi pemerintah yang telah berkuasa selama lebih dari 60 tahun.

Dilansir dari BBC, yang mengejutkan banyak orang, Mahathir mengaku dia telah melakukan kesalahan dalam banyak hal, salah satunya terkait pemecatan Anwar Ibrahim. Najib kemudian mengkritik manuver politik Mahathir yang telah berbaikan dengan Anwar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement