REPUBLIKA.CO.ID, WASHNGTON -- Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un akan bertemu untuk pertama kali pada 12 Juni di Singapura.
Pertemuan ini terbilang bersejarah, setelah sebelumnya Kim terlebih dahulu bertemu dengan presiden Korea Selatan. Di negara itu, AS akan berusaha membujuk Pyongyang untuk menghentikan program senjata nuklirnya.
"Pertemuan yang sangat ditunggu-tunggu antara Kim Jong Un dan saya sendiri akan dilakukan di Singapura pada 12 Juni. Kami berdua akan berusaha membuat (pertemuan) itu sebagai momen yang sangat spesial bagi Perdamaian Dunia!" tulis Trump di Twitter.
Keterangan itu diumumkan Trump hanya beberapa jam setelah tiga warga negara Amerika Serikat yang ditahan di Korea Utara tiba di pangkalan militer AS di luar Washington. Ketiganya dibebaskan oleh Kim sebagai isyarat baik menjelang pertemuan puncak.
Baca juga, Trump: Kim Jong-un akan Membawa Korut ke Dunia Nyata.
Saat kedatangan ketiga warga Amerika itu, Trump percaya bisa membawa Kim, yang telah memimpin Korea Utara selama tujuh tahun dan diyakini berusia pertengahan 30 tahunan ke 'dunia nyata.'
"Menurut saya, kita punya kesempatan sangat baik untuk melakukan sesuatu yang sangat berarti," kata Trump. "Pencapaian saya yang paling membanggakan nantinya adalah, ini adalah bagian dari itu, ketika kita menghapuskan penggunaan senjata nuklir di seluruh semenanjung (Korea, red)."
Menteri luar negeri AS yang baru, Mike Pompeo, telah mengunjungi Pyongyang dua kali dalam beberapa minggu terakhir ini. Ia juga pernah mengunjungi Korut saat masih menjabat sebagai kepala CIA.
Trump dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Rabu berbicara melalui telepon dan Gedung Putih mengatakan, kedua pemimpin menegaskan tujuan bersama agar Korea Utara menghentikan senjata terlarang pemusnah massal dan program peluru kendali balistik.
Kim baru-baru ini berjanji akan menghentikan uji coba nuklir serta menutup lokasi uji coba bom nuklir. Secara teknis, Korea Utara masih berperang dengan Amerika Serikat dan sekutunya, Korea Selatan, karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian.
Pemilihan Singapura sebagai tempat pertemuan Trump-Kim akan memberikan suasana bersahabat bagi Trump karena negara itu merupakan sekutu kuat AS dan Angkatan Laut AS kerap berkunjung ke pelabuhan negara tersebut.