REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Indonesia berharap dapat meningkatkan kerja sama perdagangan dengan Brasil. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi seusai bertemu Menteri Luar Negeri Brasil Aloysio Nunes di Hotel Novotel, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5).
Retno mengungkapkan sejak menjalin hubungan bilateral dengan Brasil 10 tahun lalu, transaksi perdagangan di antara kedua negara cukup baik. "Perdagangan kita sebenarnya, in terms of number, lumayan bagus. Tapi sayangnya trennya tidak meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Oleh karena itu, tadi kita membahas bagaimana angka perdagangan dan investasi dapat meningkat," katanya.
Retno menilai salah satu hambatan perdagangan yang dialami Indonesia terhadap Brasil adalah dokumen-dokumen yang masih berbahasa Portugis. "Misalnya, formulir-formulir impor dari Brasil itu hanya ada dalam bahasa Portugis. Terus kalau ada masalah perdagangan, maka semua komunikasi dan dokumennya dalam bahasa Portugis, sehingga menyulitkan bagi pengusaha melakukan ekspansi pasar dan lain-lain," ucap Retno.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Brasil Aloysio Nunes di Hotel Novotel, Bogor, Jawa Barat, Jumat (11/5).
Ia mengusulkan kepada Nunes, dokumen terkait perdagangan tidak hanya ditulis dalam bahasa Portugis, tapi juga bahasa Inggris. "Saya sampaikan agar formulir-formulir dapat diterjemahkan ke bahasa Inggris. Jadi selain bahasa Portugis, ada versi bahasa Inggris. Ini merupakan kemudahan yang akan membantu pengusaha-pengusaha Indonesia melakukan ekspansi dagang di Brasil," ujarnya.
Usulan tersebut tampaknya akan dipertimbangkan oleh Nunes. Ia memang memiliki misi yang sama, yakni meningkatkan perdagangan dengan Indonesia. "Kami berdua akan memperluas kerja sama pasar dan ini akan bermanfaat," kata Nunes.
Dalam pertemuan tersebut, Retno dan Nunes juga menandatangani tiga nota kesepahaman, yakni tentang pembebasan visa bagi pemegang paspor diplomatik dan dinas, pembebasan visa bagi pemegang paspor biasa, serta persetujuan kerja sama teknis. "Kita yakin dengan tiga instrumen ini, kita dapat memperkuat hubungan bilateral kita dan mengintensifkan interaksi antara masyarakat dari kedua negara," ujar Retno.