REPUBLIKA.CO.ID,KUALA LUMPUR -- Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad dan politikus Anwar Ibrahim yang saat ini sedang dipenjara, tengah mencoba meredakan keretakan internal. Perbedaan dalam koalisi mereka meletus pada Ahad (13/5) terkait posisi menteri kabinet.
Koalisi empat partai itu berhasil mencetak kemenangan bersejarah atas koalisi Barisan Nasional (BN) yang telah lama berkuasa, dalam pemilihan umum Malaysia yang digelar pada Rabu (9/5). Akan tetapi munculnya keretakan internal yang begitu cepat, telah menimbulkan pertanyaan tentang persatuan koalisi tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Anwar mengatakan dia telah meminta anggota Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpinnya untuk memastikan pemerintah Mahathir tetap berdiri dengan kuat dan stabil. Namun dia juga mengaku telah berbicara dengan Mahathir dan menyampaikan agar ada pembicaraan yang lebih inklusif dengan PKR dalam pembentukan kabinet.
Dalam siaran di televisi negara, Mahathir mengatakan koalisi tidak harus melihat proporsi di kabinet. Tentunya akan ada konflik dan keinginan dari masing-masing pihak. Keputusan ini akan ditentukan oleh perdana menteri," ujar Mahathir.
Mahathir adalah pemimpin koalisi dan PKR pimpinan Anwar telah mendapatkan mayoritas kursi di parlemen yang dimenangkan oleh koalisi. Hubungan yang bergejolak antara keduanya, dari teman, musuh, hingga sekutu, telah mendominasi lanskap politik Malaysia selama lebih dari tiga dekade.
Mahathir baru mengumumkan tiga menteri pada Sabtu (12/5) untuk bergabung dengan ia dan wakilnya, Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar, di dalam kabinetnya. Namun sebelum ia mengumumkan 10 menteri lainnya, koalisi mengatakan belum ada kesepakatan resmi mengenai penunjukan itu.
Menurut sumber koalisi, Wan Azizah tidak menghadiri konferensi pers pengumuman menteri baru karena perselisihan tersebut. Mahathir kemudian mengunjungi Anwar di rumah sakit tempat ia baru saja pulih dari operasi pundak. Saksi mata yang hadir mengatakan suasana pertemuan itu cukup dingin.
Mahathir dan Anwar dijadwalkan bertemu lagi pada Ahad (13/5) untuk memperbaiki perbedaan posisi kabinet. "Bahkan tiga yang ditunjuk itu belum final, karena keputusan itu dibuat tanpa partisipasi kami. Dia (Mahathir) baru saja mengumumkan secara sepihak," kata Rafizi Ramli, seorang anggota senior PKR, seperti dikutip //Malaysiakini.
PKR memenangkan 48 dari 113 kursi yang dimenangkan oleh koalisi dalam pemilihan. Di antara anggota koalisi lainnya, Partai Aksi Demokratis (DAP) memenangkan 42 kursi, Partai Bersatu pimpinan Mahathir memenangkan 12 kursi, dan Partai Amanah pimpinan Menteri Pertahanan baru Mohamad Sabu memenangkan 11 kursi.
"Peralihan kekuasaan di Malaysia akan seperti air yang sulit menemukan tingkat baru. Hal-hal ini tidak akan dapat diselesaikan dengan cepat," kata Karim Raslan, pendiri KRA Group, sebuah perusahaan konsultan urusan publik untuk Asia Tenggara.
"Ini akan menjadi perlombaan melawan waktu ketika dua tokoh politik terkemuka Malaysia, Mahathir Mohamad dan Anwar Ibrahim, berjuang untuk menegaskan diri," tambah dia.