Senin 14 May 2018 22:41 WIB

Israel Sebar Selebaran Jauhi Pagar Perbatasan Gaza

Pemimpin Hamas mengatakan puluhan ribu orang akan ke pagar perbatasan.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).
Foto: AP Photo/Adel Hana
Warga Palestina berlarian saat tentara Israel menembak dengan gas air mata di Jalur Gaza, Selasa (3/4).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA --- Militer Israel memperingatkan warga Gaza untuk tidak mendekati pagar perbatasan. Jika mendekati pagar perbatasan maka akan membahayakan jiwa para demonstran.

Selebaran yang dijatuhkan di Gaza oleh jet militer memperingatkan bahwa mereka yang mendekati perbatasan dapat membahayakan nyawa. Peringatan itu mengatakan tentara siap menghadapi semua skenario dan akan bertindak melawan setiap upaya untuk merusak pagar keamanan atau membahayakan tentara IDF dan warga sipil Israel.

Pemimpin Hamas di Gaza mengatakan, puluhan ribu orang diperkirakan akan menuju ke pagar perbatasan pada Senin. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran terkait jumlah korban. Sejak aksi demonstrasi yang dimulai pada akhir Maret lalu, 42 pemrotes Palestina tewas. Dan lebih dari 1.800 orang terluka oleh tembakan tentara Israel. Protes Senin juga menargetkan peresmian Kedutaan Besar AS di Yerusalem.

Presiden Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel pada Desember lalu. Hal itu memicu reaksi gembira dari pemerintah nasionalis Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Namun langkah itu membuat marah orang-orang Palestina, yang berusaha mendirikan sebuah ibu kota masa depan di Yerusalem Timur yang dicaplok Israel.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas memutuskan hubungan dengan pemerintahan Trump. Ia menyatakan AS tidak layak untuk tetap menjadi mediator dalam pembicaraan damai.

Seorang pembantu senior Abbas, mengecam pemerintah Trump terkait pemindahan kedutaan AS. Ia mengatakan Trump telah melanggar janji untuk menunda memindahkan kedutaan dengan memberikan kesempatan pembicaraan damai. Menurutnya, pemerintahan Trump didasarkan pada kebohongan.

Erekat mengatakan Trump telah menjadi bagian dari masalah dan bukan bagian dari solusi. "Dunia membutuhkan pemimpin nyata, dan mereka (pejabat Gedung Putih) adalah pedagang real estat, bukan pemimpin," katanya.

Para pejabat pemerintah AS menolak kritik Palestina. Ia menggambarkan pembukaan kedutaan AS di Yerusalem sebagai langkah penting menuju kesepakatan perdamaian Israel-Palestina. Namun, AS belum menjelaskan bagaimana perundingan damai dapat dilakukan jika tanpa Palestina.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement