REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin telah meresmikan jembatan yang menghubungkan daratan Rusia dengan Krimea, pada Selasa (15/5). Jembatan tersebut mengukuhkan cengkraman Rusia terhadap wilayah semenanjung yang dianeksasi Moskow dari Ukraina pada 2014 itu.
Jembatan sepanjang 19 km yang pembangunannya memakan biaya sebesar 3,7 miliar dolar AS tersebut adalah satu-satunya akses jalan langsung ke Krimea dari Moskow. Rusia berharap jembatan tersebut dapat membawa banyak wisatawan dan jutaan ton kargo setiap tahunnya.
Sebelumnya, semua lalu lintas mobil menuju Krimea diharuskan melewati Selat Kerch dengan kapal feri atau melewati Ukraina. Namun hubungan antara Rusia dan Ukraina masih sangat rumit karena konflik yang masih berlanjut antara Kiev dan kelompok separatis yang didukung Moskow di bagian tenggara Ukraina.
Pada 2016, AS memberlakukan sanksi pada perusahaan-perusahaan Rusia yang membantu membangun jembatan yang membelah Selat Kerch itu. Ukraina mengatakan pembangunan jembatan tersebut menunjukkan ketidakpedulian besar Rusia terhadap hukum internasional.
Saat meresmikan jembatan itu, Putin terlihat mengendarai truk Kamaz berwarna oranye. Ia melintasi jembatan untuk membuka jalan lalu lintas bagi mobil.
Di zaman yang berbeda, bahkan di bawah kepemimpinan para tsar, orang-orang telah bermimpi untuk membangun jembatan ini. Mereka kembali membuka (gagasan) ini pada 1930-an, 40-an, 50-an. Dan akhirnya, berkat pekerjaan dan bakat Anda, keajaiban telah terjadi," kata Putin di hadapan para pekerja.
Media pemerintah Rusia menyebut jembatan itu sebagai "konstruksi abad ini". Pengerjaan konstruksi dipimpin oleh perusahaan Stroygazmontazh, yang pemiliknya, Arkady Rotenberg, memiliki hubungan dekat dengan Kremlin.
Rotenberg adalah mitra sparring judo Putin. Dia dikenai sanksi oleh AS karena kedekatannya dengan Putin. Ia juga dijatuhkan sanksi oleh Uni Eropa karena dituduh merusak integritas teritorial Ukraina.
Dia mengatakan, jembatan itu selesai enam bulan lebih awal dari jadwal. "Saya sangat merinding, ujar Rotenberg, kepada saluran TV Rusia-24," seperti dilaporkan laman The Guardian.
Jembatan tersebut dilaporkan dapat dilalui hingga 40 ribu mobil per hari. Rentangnya lebih besar daripada jembatan Vasco da Gama di Portugal, yang sebelumnya merupakan jembatan paling panjang di Eropa.
Uni Soviet dan Nazi Jerman sebelumnya telah mempertimbangkan dan kemudian membatalkan rencana untuk membangun jembatan di Selat Kerch. Namun, lalu lintas kapal feri di selat tersebut sering terhenti karena cuaca buruk.