REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menyebut bisnis Uni Eropa tengah menderita akibat sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap negaranya. Dia mengatakan, sanksi AS juga hanya akan merusak ekonomi dunia.
"Sanksi AS sebenarnya bertujuan untuk mempromosikan perdagangan berdasarkan kepentingan Amerika," kata Sergei Lavrov, Jumat (18/5).
Sanksi dijatuhkan menyusul keterlibatan Rusia dalam dugaan serangan senjata kimia yang dilakukan oleh Pemerintah Suriah beberapa waktu lalu. Sanksi menyasar berbagai perusahaan peralatan yang terkait atau memiliki hubungan dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan penggunaan senjata kimia.
Departemen Keuangan AS pada Kamis (15/3) menjatuhkan sanksi terhadap 19 warga dan lima kelompok Rusia. Tindakan tersebut adalah langkah paling berarti, yang diambil Amerika Serikat terhadap Rusia, sejak Donald Trump menjabat presiden.
Sanksi juga dikeluarkan AS menyusul dugaan mencampuri pemilihan umum Paman Sam serta melakukan serangan dunia maya. Pemerintah Rusia lantas membantah semua tuduhan yang ditujukan kepada negaranya itu.
Pemerintah Rusia kemudian berjanji akan membalas sanksi yang dijatuhkan Paman Sam kepada mereka. Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan, akan menambah 'daftar hitam' warga AS.
Ryabkov menambahkan, Moskow tidak menutup kemungkinan melakukan langkah tambahan sebagai tanggapan atas sanksi baru itu. Dia mengungkapkan, Moskow sebenarnya masih berminat untuk menjaga dialog dengan Washington dan mengambil langkah pembalasan karena 'politik Amerika yang keras kepala'.