REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Lebih dari 100 orang tewas dalam kecelakaan pesawat penumpang Boeing 737 di Kuba, Jumat (18/5). Sebanyak tiga korban lainnya mengalami luka serius dan telah dilarikan ke rumah sakit.
Pesawat dalam penerbangan domestik ke Holguin di Kuba Timur jatuh tak lama setelah lepas landas dari Havana pukul 11 pagi waktu setempat. Ada sebanyak 104 atau 105 penumpang, termasuk lima anak-anak ditambah sembilan anggota awak.
"Beritu itu tidak baik karena ada sejumlah besar orang yang tewas," ujar Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel.
Api dari kecelakaan telah dipadamkan dan pihak berwenang tengan mengidentifikasi jenazah yang ada. Belum diketahui apa penyebab kecelakaan tersebut.
Pesawat Boeing 737-201 dibangun pada 1979 dan disewa oleh maskapai Cubana dari sebuah perusahaan kecil Meksiko bernama Damojh. Usia pesawat jauh lebih tua dari kebanyakan pesawat dalam pelayanan.
Damojh di Meksiko mengatakan, pihaknya tidak memiliki informasi lebih lanjut. Sementara, Cubana mengeluh atas layanan dan penundaan dalam beberapa bulan terakhir. Wakil Presiden Pertama Kuba Salvador Valdes Mesa bahkan telah bertemu dengan bos Cubana untuk membahas keluhan ini.
Puing pesawat CU92 berserakan di lokasi. Pesawat dalam perjalanan menuju Holguin, ibu kota provinsi yang populer bagi wisatawan karena pantai yang masih asli.
Belum jelas penyebab jatuhnya pesawat. "Selama take off tampaknya mengalami masalah dan jatuh," kata Departemen Transportasi Meksiko di situs webnya.
Sebagian besar kecelakaan pesawat memerlukan waktu berbulan-bulan penyelidikan untuk menjelaskan alasan kecelakaan. Sebab, biasanya diakibatkan berbagai faktor.
Kecelakaan fatal terakhir di Kuba terjadi pada 2017. Kecelakaan penerbangan militer tersebut menewaskan delapan orang di dalamnya.
Pada 2010, sebuah pesawat komersial Aero Carribean jatuh di Kuba tengah dan menewaskan semua 68 penumpang. Badan Keselamatan Penerbangan AS, ICAO menempatkan Kuba dengan tingkat kecelakaan di atas rata-rata global.