REPUBLIKA.CO.ID, MEXICO CITY -- Otoritas penerbangan sipil Meksiko mengatakan pada Senin (21/5) bahwa pihaknya menangguhkan operasi Aerolineas Damojh setelah salah satu pesawatnya jatuh di Kuba. Kecelakaan yang terjadi pada pekan lalu tersebut menewaskan 110 orang.
Pihak berwenang mengatakan penangguhan itu bertujuan untuk memastikan perusahaan layanan penerbangan tersebut mematuhi peraturan. Pihaknya juga tengah mengumpulkan informasi untuk membantu penyelidikan yang sedang berlangsung terhadap penyebab kecelakaan.
Kecelakaan pesawat penumpang Boeing yang sudah tua itu tak lama setelah lepas landas dari Havana pada Jumat (18/5). Insiden itu menewaskan semua penumpang dan awak pesawat kecuali tiga dari 113 orang di dalamnya. Itu membuatnya menjadi bencana udara paling mematikan di Kuba dalam hampir 30 tahun.
Perusahaan itu telah memiliki tiga unit Boeing 737 sebelum kecelakaan. Operasi mereka ditunda dua kali sebelumnya selama tinjauan kepatuhan terhadap peraturan, menurut pihak berwenang.
Damojh pertama kali dihentikan operasinya pada 2010 selama sekitar satu bulan. Penangguhan operasi itu dilakukan setelah pesawat Damojh melakukan pendaratan darurat di resor pantai Meksiko Puerto Vallarta karena ada masalah dengan roda pada saat pendaratannya.
Otoritas melakukan penyelidikan lain pada tahun 2013 setelah menerima keluhan dari Marco Aurelio Hernandez, yang telah diidentifikasi oleh media Meksiko sebagai mantan pilot Damojh. Hernandez dikutip pada akhir pekan oleh surat kabar Meksiko yang mengecam Damojh karena catatan keamanannya.
Penyelidikan itu menyebabkan penangguhan selama sekitar dua bulan. Peneliti Kuba sejauh ini telah memulihkan perekam suara kokpit dan masih mencari perekam data penerbangan.
Secara terpisah, otoritas penerbangan menyebutkan Damojh telah mengalami tinjauan tahunan, terakhir pada bulan November 2017. Perusahaan juga memperbarui sertifikat kelaikan udara setiap dua tahun, terakhir pada Oktober 2017.