REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Enam negara menyatakan menolak hasil pemilihan umum Venezuela yang diselenggarakan pada Ahad (20/5) lalu. Sikap ini disampaikan Argentina, Kanada, Australia, Meksiko, Cile, dan Amerika Serikat (AS) dalam pernyataan bersama di pertemuan menteri luar negeri negara-negara G-20.
"Mempertimbangkan kurangnya legitimasi proses pemilu, kami tidak mengakui hasil pemilihan (Venezuela) yang mengecualikan partisipasi beberapa aktor politik," kata Menteri Luar Negeri Argentina Jorge Faurie, Senin (21/5).
(Baca: AS Jatuhkan Sanksi Baru untuk Venezuela)
Cile bukan bagian dari G-20, tetapi diundang untuk berpartisipasi dalam pertemuan menteri luar negeri itu oleh Argentina. Argentina tengah memegang kepemimpinan bergilir G-20 tahun ini.
Pada Ahad (20/5), Wakil Menteri Luar Negeri AS, John Sullivan telah mengatakan AS tidak akan mengakui hasil pemilihan presiden Venezuela. Pemerintahan Presiden AS Donald Trump bahkan telah menjatuhkan sanksi baru terhadap negara tersebut.
"Kami harus memastikan kami mematuhi tujuan kami yaitu menargetkan para pejabat rezim yang korup dan bukan rakyat Venezuela," kata Sullivan, kepada wartawan di Washington.
"Kami tidak ingin merusak negara dengan cara yang membuatnya sulit untuk diperbaiki setelah demokrasi berhasil dipulihkan," tambah dia.
Melalui pemilu ini, Presiden Venezuela Nicolas Maduro akan kembali menjabat sebagai pemimpin negara untuk enam tahun mendatang. Namun pemilu telah diboikot oleh oposisi dan dikecam oleh musuh sebagai jalan menuju penobatan seorang diktator, yang mengacu pada Maduro.