Rabu 23 May 2018 00:01 WIB

Ada 150 Kasus Pelecehan Dialami Jurnalis Perempuan Jepang

Dari 90, 19 di antaranya pernah alami pelecehan seksual oleh polisi dan bos mereka

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Bilal Ramadhan
Aksi protes menentang pelecehan seksual terhadap kaum wanita. (ilustrasi)
Foto: Antara/Reno Esnir
Aksi protes menentang pelecehan seksual terhadap kaum wanita. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Puluhan perempuan Jepang yang bekerja di media koran ataupun televisi mengalami pelecehan seksual. Banyak dari mereka mengaku mengalami pelecehan tersebut oleh pejabat pemerintahan, anggota parlemen dan polisi.

Sebuah survei dilakukan kepada 150 kasus dugaan pelecehan seksual yang dialami oleh perempuan di media massa. Hal ini terkait mundurnya seorang birokrat senior di kementerian keuangan karena dirinya diduga melakukan pelecehan seksual kepada seorang jurnalis perempuan.

Profesor Mayumi Taniguchi, seorang ahli studi gender di Osaka International University, mengatakan 40 persen peristiwa pelecehan dilakukan di tempat bekerja mereka. Salah satu peserta survei, Chie Matsumoto tidak terkejut dengan hasil tersebut karena mengalami sendiri pelecehan yang dilakukan oleh anggota kepolisian.

"Kelompok kami memiliki 90 orang anggota. 19 di antaranya pernah mengalami pelecehan seksual termasuk oleh polisi, narasumber, atau bos mereka," kata Matsumoto, dilansir di The Guardian, Selasa (22/5).

Gerakan global MeToo tidak berkembang dengan cepat di Jepang. Pasalnya, para korban seringkali tidak berani mengungkapkan peristiwa pelecehan seksual yang dialaminya karena takut merusak karir mereka.

Meskipun demikian, kritik terhadap aparat terus berdatangan begitu muncul berita pelecehan seksual yang dialami oleh jurnalis perempuan dari TV Asahi. Seorang Wakil Menteri Keuangan Junichi Fukuda disebut melakukan pelecehan tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement