REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Al Shuaibi, menegaskan Amerika Serikat tidak bisa menjadi penengah dan mediator konflik Palestina-Israel.
"Pengakuan Presiden Amerika Serikat bahwa Yerusalem ibu kota Israel dan pemindahan Kedubes AS ke Yerusalem menunjukkan ketidaknetralan negeri Paman Sam itu dalam kasus Palestina," kata Osama bin Mohammed Al Shuaibi usai buka puasa bersama media di Jakarta, Selasa (22/5).
Ketidaknetralan Amerika Serikat terhadap kasus Palestina otomatis menggugurkan posisi AS sebagai mediator konflik di negeri yang diberkahi itu. "Bagaimana AS bisa menjadi penengah konflik Palestina-Israel, sedangkan negara itu tidak netral," kata dia.
Sebelumnya, pasukan Israel membunuh puluhan warga Palestina, yang mengambil bagian dalam unjuk rasa besar di perbatasan Gaza pada Senin (14/5) saat Amerika Serikat membuka kedutaannya di Yerusalem, Israel. Langkah AS memenuhi janji Presiden Donald Trump, yang mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel, tetapi melecut kemarahan Palestina dan mengundang kecaman banyak pemerintah dunia sebagai kemunduran upaya perdamaian.
Pada upacara pembukaan kedutaan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Trump karena memiliki keberanian menepati janji. "Sungguh hari luar biasa bagi Israel," kata Netanyahu dalam pidatonya, "Kami berada di Yerusalem dan kami di sini untuk tinggal." Trump, dalam rekaman pesan, mengatakan tetap berkomitmen untuk perdamaian Israel dengan Palestina.