Selasa 22 May 2018 22:16 WIB

Komandan Militer: Rakyat Iran akan Permalukan Menlu AS

AS akan memperketat sanksi yang diberikan ke Iran

Hubungan Amerika dan Iran (ilustrasi)
Foto: WORLDMATHABA.NET
Hubungan Amerika dan Iran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Komandan penting militer Iran pada Selasa (22/5) mencemooh ancaman Amerika Serikat (AS) yang akan memperketat sanksi. Komandan militer Iran tersebut mengatakan rakyat di Republik Islam tersebut akan menanggapi dengan membuat malu Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Mike Pompeo.

Menlu Pompeo mengatakan pada Senin (21/5), Washington akan memberlakukan hukuman baru jika Teheran tidak melakukan perubahan besar, termasuk meninggalkan program nuklirnya dan menarik diri dari perang saudara Suriah. Dua minggu setelah Presiden Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir internasional dengan Iran, pemerintahannya mengancam memaksakan "sanksi terkuat dalam sejarah", menetapkan Washington dan Teheran lebih lanjut dalam konfrontasi.

"Rakyat Iran harus bersatu dalam menghadapi ini dan mereka akan mempermalukan Menteri Luar Negeri Amerika dan siapa saja yang mendukung mereka," kata Ismail Kowsari, wakil komandan basis Garda Revolusi Sarollah di Tehran, menurut Kantor Berita Buruh Iran (ILNA).

Membatasi kemampuan misil Iran adalah salah satu tuntutan utama Pompeo. "Siapa Anda dan Amerika untuk memberitahu kita membatasi jangkauan misil balistik?" kata Kowsari, menurut ILNA, "Sejarah menunjukkan bahwa dengan serangan di Hiroshima dan Nagasaki, Amerika adalah penjahat teratas berkaitan dengan misil."

Qassem Soleimani, kepala cabang Garda Revolusi yang melakukan kegiatan di luar perbatasan Iran, disebut oleh Pompeo sebagai pembuat onar teratas di Timur Tengah.

Kowsari mengatakan bahwa rakyat Iran mendukung Soleimani. "Soleimani bukan satu orang. Rakyat hebat Iran mendukungnya," kata Kowsari.

Secara terpisah, juru bicara pemerintah Iran mengatakan bahwa rencana yang diuraikan oleh Pompeo akan memperburuk permusuhan publik pada Amerika Serikat.

"Apakah rakyat Amerika berpikir bahwa sarung tangan sutra yang telah mereka keluarkan dan tangan besi yang telah mereka bagikan kepada orang-orang, sebuah tangan yang didukung oleh Israel dan [Organisasi Mujahidin-e-Khalq], akan membuat orang-orang Iran berpikir bahwa Amerika menginginkan demokrasi?" kata Mohammad Baqer Nobakht pada Selasa, menurut media pemerintah.

Organisasi Mujahidin-e-Khalq (MKO) adalah kelompok oposisi bersenjata Iran terasingkan, yang menyerukan penggulingan pemerintah Iran selama beberapa dasawarsa.

John Bolton, penasihat keamanan nasional Amerika Serikat, menjadi pendukung MKO, yang dipandang pemerintah Iran sebagai kelompok teroris.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement