REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Pemerintah Suriah berencana mengerahkan pasukan ke bagian utara atau selatan negara guna melanjutkan peperangan melawan oposisi. Pengerahan pasukan akan dilakukan setelah pemerintah berhasil menghancurkan militan yang saat ini berada di sekitar Damaskus.
"Pintu untuk mengerahkan pasukan ke utara atau selatan terbuka lebar setelah mengakhiri bahaya teroris yang memberikan ancaman langsung ke Damaskus," kata Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal al-Mekdad, Rabu (23/5).
Pemerintah Suriah telah mengepung militan oposisi yang berada di Damaskus. Militer mengklaim bahwa mereka telah berhasil mengambil alih kota tersebut dari tangan oposisi dan ISIS.
Campur tangan Iran dan Rusia disebut-sebut telah membantu kemenangan Pemerintah Suriah melawan para oposisi. Belakangan, al-Mekdad mengaku enggan memenuhi permintaan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang meminta penarikan mundur pasukan Iran dari Suriah. "Penarikan mundur pasukan Iran atau Hezbollah tidak bisa didiskusikan karena itu merupakan urusan Pemerintah Suriah," kata Faisal al-Mekdad.
Penarikan mundur pasukan Iran merupakan salah satu dari 12 tuntuan yang diminta AS guna melanjutkan kembali kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Melihat niat Pemerintah Suriah memobilisasi militer ke wilayah lain membuat penarikan mundur pasukan Iran sulit dilakukan.
Mekdad mengungkapkan, Pemerintah Suriah berniat mengambil alih setiap jengkal wilayah negara. Menurut Mekdad, penarikan mundur pasukan merupakan kewenangan internal Pemerintah Suriah dan sekutu pemerintah.
Baca: Iran Tuding Pejabat AS Ditekan untuk Kaji Kesepakatan Nuklir