REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia menyangkal laporan investigasi yang menyebut militernya menjadi pelaku penembakan pesawat Malaysia Airlines MH17 pada Juli 2014. "Tidak ada satu pun rudal anti-pesawat dari angkatan bersenjata Rusia yang pernah melintasi perbatasan Rusia-Ukraina," kata Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis (24/5), dikutip laman CBC.
Bantahan ini muncul setelah Tim Investigasi Gabungan (JIT) pimpinan Belanda, Kamis (24/5), menunjukkan bukti foto dan video terkait insiden jatuhnya pesawat MH17. Mereka mengatakan, analisis terperinci dari gambar video tak dapat menafikan rudal yang menghantam MH17 berasal dari unit militer yang berbasis di Rusia. Kepala satuan kejahatan Polisi Nasional Belanda, Wilbert Paulissen mengatakan rudal yang dimaksud JIT adalah rudal Buk.
Menurut Paulissen, rudal Buk berasal dari brigade rudal anti-pesawat ke-53 yang bermarkas di kota Kursk, Rusia. "Semua kendaraan dalam konvoi yang membawa rudal itu adalah bagian dari pasukan bersenjata Rusia," ujarnya.
Dalam penyelidikannya sendiri, produsen Buk Rusia, Almaz Antey pernah mengklaim bahwa rudal yang menghantam pesawat MH17 ditembakkan dari Zaroschenskoye dan pasukan Ukraina ditempatkan di sana kala itu. Namun klaim ini segera dibantah Paulissen.
"Kami telah menyelidiki hal ini dan telah dapat menetapkan bahwa ini bukan lokasi peluncuran. Terlebih lagi daerah itu dikendalikan oleh separatis pro-Rusia saat itu," katanya.
JIT dibentuk setelah Dewan Keamanan PBB gagal mengadopsi resolusi untuk membentuk pengadilan internasional pada Juli 2015 guna menuntut mereka yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat MH17. JIT bertugas menetapkan kasus untuk kepentingan penuntutan.
JIT beranggotakan jaksa dari negara-negara yang warganya tewas dalam insiden MH17, yakni Belanda, Australia, Malaysia, Belgia, dan Ukraina. JIT pernah menyatakan akan memastikan independensi penyelidikan.
Pesawat Malaysia Airlines MH17 melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat ini ditembak jatuh di atas zona konflik di timur Ukraina pada 17 Juli 2014. Seluruh penumpang dan awak yang berjumlah 298 orang tewas.