Ahad 27 May 2018 08:01 WIB

Kesehatan Presiden Palestina Jadi Spekulasi

Presiden Palestina belum diizinkan pulang dari rumah sakit.

Rep: Crystal Liestia Purnama/ Red: Nur Aini
Presiden Palestina Mahmoud Abbas
Foto: VOA
Presiden Palestina Mahmoud Abbas

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmoud Abbas dilaporkan dalam kondisi baik di rumah sakit. Namun pada Sabtu (26/5) pejabat rumah sakit mengatakan belum menetapkan tanggal kepulangannya. Kesehatan Abbas pun menjadi spekulasi di dalam negeri.

Ia dirawat di rumah sakit sejak 20 Mei karena radang paru-paru.

"Kondisi kesehatannya sangat baik tetapi para dokter belum memutuskan tanggal kepulangannya," kata Kepala Rumah Sakit Arab Istishari, Saed Sarahna dikutip Alarabiya.

Ia dirawat di rumah sakit dekat Ramallah di Tepi Barat yang diduduki. Para pejabat Palestina mengatakan, politisi berusia 83 tahun itu dapat pulang pada Senin atau Selasa, tetapi para dokter belum mengkonfirmasi jangka waktu itu. Seorang pejabat mengatakan, bagaimanapun, dokter tidak akan menyetujui tanggal pulang sebelum pemulihan lengkapnya.

photo
Mahmoud Abbas - Presiden Palestina.

Sementara itu, foto-foto Abbas yang berjalan di sekitar bangsal dan membaca koran diterbitkan pada Senin (21/5). Hal itu sebagai upaya yang jelas untuk menenangkan desas-desus bahwa kondisinya lebih buruk daripada yang dilaporkan secara resmi. Media resmi mengatakan dia telah berbicara dengan sejumlah politisi daerah untuk meyakinkan mereka tentang kesehatannya.

Menurut laporan kantor berita resmi Palestina WAFA, pada Sabtu dia dikunjungi oleh Gong Xiaosheng, utusan khusus Cina untuk Timur Tengah. Abbas dirawat pada Ahad (20/5) dengan komplikasi setelah operasi telinga. Ia juga mengeluh sakit dada.

Kesehatan Abbas menjadi subyek spekulasi, karena tidak teridentifikasi dengan jelas penerusnya. Sebelumnya pada Februari, ia menjalani apa yang digambarkan sebagai tes medis rutin di Amerika Serikat.

Abbas memenangkan masa jabatan empat tahun sebagai presiden pada 2005, tetapi ia sejak itu tetap menjabat tanpa pemilihan lebih lanjut. Abbas berpendapat perpecahan antara partai Fatah dan Hamas, yang mengontrol Jalur Gaza, telah membuat pemilihan umum secara politis menjadi tidak mungkin.

Sebagai seorang moderat, ia telah terlibat dalam beberapa dekade negosiasi dengan Israel tetapi tidak populer di kalangan warga Palestina. Mayoritas masyarakat Palestina menginginkannya untuk mundur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement