REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Penguasa Hamas di Gaza mengatakan, mereka setuju melakukan gencatan senjata dengan Israel. Hal itu untuk mengakhiri rentetan serangan terbesar di antara kedua belah pihak sejak perang 2014.
Khalil al-Hayya, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan, mediator Mesir campur tangan setelah berhasil menangkis agresi. Dia mengatakan, kelompok militan di Gaza akan berkomitmen terhadap gencatan senjata selama Israel melakukannya.
Menteri Kabinet Israel Arieh Deri mengatakan kepada Radio Tentara Israel bahwa ia mengharapkan kondisi tenang dipulihkan. "Jika tenang, kami akan menjawab dengan tenang. Kami telah memberi Hamas peluang untuk membuktikan bahwa kami dapat kembali ke rutinitas. Jika mereka melepaskan kendali, akan ada serangan yang sangat menyakitkan," katanya pada Rabu (30/5) dilansir laman AP.
Militer Israel menyerang puluhan militan di Gaza semalaman saat tembakan roket mengarah ke komunitas Israel awal Rabu pagi. Hal itu memicu serangan udara di daerah itu sepanjang malam.
Militer Israel mengatakan, roket Hamas mencapai Kota Netivot untuk pertama kalinya sejak perang 2014. Meski demikian, tidak ada yang terluka akibat kejadian tersebut.
Daerah perbatasan dalam kondisi tegang beberapa pekan terakhir ketika warga Palestina mengadakan protes massal untuk menentang blokade Israel-Mesir yang diberlakukan setelah Hamas merebut kekuasaan pada 2007. Serangan yang dilakukan oleh Israel telah menewaskan lebih dari 110 warga Palestina.
Israel dan Hamas adalah musuh bebuyutan yang telah berperang tiga kali sejak kelompok militan Islam menguasai Gaza pada 2007. Perang terakhir, pada 2014, telah menghancurkan kawasan tersebut. Lebih dari 2.000 orang Palestina tewas, termasuk ratusan warga sipil. Perang juga membuat kerusakan pada infrastruktur Gaza dalam 50 hari pertempuran. Tujuh puluh dua orang Israel tewas dalam bentrokan tersebut.