REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Google mengatakan tidak akan memperbarui kontrak kontroversialnya dengan Departemen Pertahanan AS. Perusahaan raksasa teknologi itu tunduk pada tekanan publik dan internal atas kontribusinya dalam serangan pesawat tak berawak yang dilakukan Pentagon.
Menurut sebuah sumber, CEO Google Cloud Diane Greene mengatakan kepada para karyawannya pada Jumat (1/6), Google akan tetap berkomitmen terhadap program Project Maven Pentagon hingga Maret 2019. Akan tetapi, Google tidak akan membuat kontrak baru.
Dilaporkan laman CNN, Project Maven adalah program yang menggunakan kecerdasan buatan untuk meningkatkan serangan pesawat tak berawak. Google juga bekerja untuk mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang akan membantu Pentagon meningkatkan upaya pengawasannya secara umum.
Kerja sama Google dengan Pentagon telah membuat 4.000 karyawan Google menandatangani petisi yang menuntut kebijakan yang jelas dari perusahaan agar tidak pernah membangun teknologi perang. Puluhan karyawan mengundurkan diri sebagai bagian dari aksi protes.
Berita tentang rencana Google untuk mengakhiri kerja samanya dengan Pentagon pertama kali dilaporkan oleh Gizmodo. Google belum berkomentar mengenai masalah ini dan tidak akan mengeluarkan pernyataan resmi setelah Maret 2019.
Perdebatan tentang Project Maven terjadi ketika militer dan penegakan hukum semakin bergantung pada perusahaan teknologi untuk mendorong upaya pengawasan mereka. Keputusan Amazon untuk berbagi teknologi pengenalan wajah dengan lembaga penegak hukum lokal telah memicu kemarahan kelompok-kelompok hak sipil.
Kontrak-kontrak ini merupakan peluang bisnis besar. Gizmodo melaporkan, kontrak awal Google dengan Pentagon bernilai 9 juta dolar AS hingga 15 juta dolar AS. Namun, kerja sama ini banyak ditentang masyarakat dan tampak bertentangan dengan penggambaran Google sebagai perusahaan inovatif yang bekerja dalam pelayanan kemajuan sosial.