REPUBLIKA.CO.ID, CONNECTICUT -- Apple mencegah Telegram memperbarui aplikasinya sejak pihak berwenang Rusia memerintahkan penghapusannya dari App Store. Telegram dilarang di Rusia sejak April lalu, setelah aplikasi perpesanan itu menolak memberikan kunci dekripsi ke agen keamanan negara itu, yang akan memungkinkan mereka untuk memantau komunikasi pengguna Telegram.
Bos Telegram Pavel Durov, menegaskan mereka akan melakukan apapun demi menjaga hak privasi penggunanya. "Sayangnya, Apple tidak berpihak kepada kami. Sementara Rusia hanya mencapai 7 persen dari basis pengguna Telegram, Apple membatasi pembaruan untuk semua pengguna Telegram di seluruh dunia sejak pertengahan April," ucap Durov, dikutip dari Independent, Sabtu (2/6).
Durov menambahkan, masalah dengan fitur seperti stiker tidak dapat diperbaiki, meskipun tersedia pembaruan. Pembatasan update tersebut juga membuat Telegram tak dapat memenuhi ketentuan GDPR bagi penggunanya di Uni Eropa.
Padahal, Apple sebelumnya menolak untuk membantu FBI membuka kunci iPhone terenkripsi, karena dianggap akan menjadi preseden yang berbahaya. Ia khawatir, permintaan ini akan merusak kebebasan pengguna dan kebebasan pemerintah sehingga perlu dilindungi.
"Pemerintah AS telah meminta kami untuk sesuatu yang tidak kami miliki, dan sesuatu yang kami anggap terlalu berbahaya untuk dibuat," ucap Cook.