REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi mengancam akan meluncurkan aksi militer ke Qatar. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud mengatakan, hal itu akan dilakukan jika Doha membeli sistem pertahanan anti rudal S-400 buatan Rusia.
Raja Salman juga telah mengungkapkan keresahannya itu kepada Presiden Prancis Emmanuel Macron melalui sebuah surat terkait rencana pembelian sistem pertahanan tersebut. Raja meminta Prancis untuk memberikan tekanan terhadap Qatar.
Seperti diwartakan Aljazirah, Sabtu (2/6) Arab Saudi mengaku khawatir akan konsekuensi yang timbul jika sistem pertahanan tersebut dimiliki Qatar. Lebih jauh, Raja Salman mengatakan, keamanan negeri Arab Saudi terancam dengan keberadaan teknologi tempur tersebut.
"Dalam situasi ini, kerajaan siap mengambil semau langkah yang diperlukan untuk mengeliminasi sistem pertahanan itu termasuk aksi militer," kata Raja Salman dalam surat yang dikirimkan untuk Macron.
Sebelumnya, pembelian sistem pertahanan itu diungkapkan Duta Besar Qatar untuk Rusia pada Januari tahun ini yang mengatakan jika negaranya menginginkan sistem pertahanan udara yang lebih maju. Keinginan itu diungkapkan setelah perjanjian kerjasama militer antara kedua negara pada Oktober 2017 lalu.
Seperti diketahui, anggota kerjasama negara teluk (GCC) yang berisikan Arab Saudi, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab melakukan blokade laut, darat dan udara terhadap Qatar. Pemutusan hubungan diplomatik itu dilakukan sejak 5 Juni tahun lalu.
Negara-negara GCC menuduh Doha telah mendukung kegiatan terorisme dan menyebakan ketidakstabilan di kawasan. Namun, pemerintah Qatar secara berulang kali menolak tudingan tersebut.