Selasa 05 Jun 2018 00:43 WIB

Paus Sirip Pendek Mati Setelah Makan Sampah Plastik di Laut

Sejak 1 Juni, paus mulau memuntahkan potongan-potongan plastik

Paus yang mati terdampar dan diketahui telah memakan banyak sampah plastik di laut.
Foto: CNN
Paus yang mati terdampar dan diketahui telah memakan banyak sampah plastik di laut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Paus percontohan sirip pendek telah meninggal di Thailand Selatan setelah memakan lebih dari 17 lbs kantong plastik dan kemasan, korban serius dari sampah yang mengotori lautan di dunia. Selama seorang dokter hewan otopsi menghapus lebih dari 80 kantong plastik dari perut ikan paus, kata Jatuporn Burutpat, Direktur Jenderal Departemen Sumber Daya Kelautan dan Pesisir Thailand seperti dikutip CNN, Senin (4/6).

Para pejabat mengatakan paus itu ditemukan oleh penduduk setempat pada 28 Mei tampak sakit dan mengambang tidak normal. Dokter hewan pemerintah dikirim untuk merawat paus dan kemudian bergabung dengan anggota kelompok pemeliharaan paus lokal.

Foto-foto yang dipasang di halaman Facebook untuk ThaiWhales, sebuah kelompok konservasi, menunjukkan para sukarelawan yang merawat paus yang sakit, memandulkan mamalia sambil memberinya obat dan cairan. Relawan dan dokter hewan bekerja selama beberapa hari untuk mencoba dan menyelamatkan ikan paus.

Burutpat mengatakan bahwa pada 1 Juni, paus mulai memuntahkan potongan-potongan plastik. Dalam posting di Facebook, ThaiWhales mengatakan hewan itu "berjuang keras" ketika mencoba untuk membersihkan tubuhnya dari plastik.

Paus tersebut mati sore itu.

Sebuah studi baru-baru ini oleh pemerintah Inggris memperingatkan bahwa tanpa intervensi, jumlah plastik yang mengacaukan lautan Bumi akan meningkat tiga kali lipat dalam satu dekade.

Laporan dari Kantor Pemerintah Inggris untuk Sains menemukan bahwa 70 plastik sampah laut adalah plastik yang tidak dapat terdegradasi. Burupat mengatakan pemerintah Thailand akan berusaha meningkatkan kesadaran tentang masalah untuk Hari Laut Dunia pada 8 Juni.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement