REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Hotel bintang 5 Capella Hotel di Pulau Sentosa, Singapura, akan mencatat sejarah karena akan menjadi tempat pertemuan dua pemimpin kontroversial dunia pada 12 Juni mendatang. Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un telah menyetujui hotel ini sebagai tempat pertemuan mereka.
Sekretaris Pers Gedung Putih Sarah Huckabee Sanders mengkonfirmasi lokasi KTT itu dalam sebuah cicitan pada Selasa (5/6). "Kami berterima kasih kepada tuan rumah, Singapura, yang hebat atas keramahan mereka," tulis Sanders.
Capella Hotel merupakan bangunan bergaya gabungan modern dan kolonial. Lokasinya menghadap ke hutan hujan seluas 30 hektar dengan Laut Cina Selatan sebagai latar belakangnya.
"Arsitek kami, Foster+Partners, dengan cerdik memberikan yang terbaik dari gaya Singapura lama dan baru ke dalam perpaduan yang menakjubkan. Anda akan disambut oleh staf hotel di dua bungalow bersejarah bernama Tanah Merah dalam bahasa Melayu," ujar keterangan yang tercantum dalam situs resmi Capella Hotel.
Baca juga, AS Mulai Persiapan Pertemuan Donald Trump-Kim Jong-un.
Pulau Sentosa sendiri terkenal memiliki lapangan golf kelas atas, taman hiburan, dan spa modern. Berikut lima hal yang bisa diketahui tentang Capella Hotel dan Pulau Sentosa yang populer itu, seperti yang telah dirangkum oleh Fox News.
1. Pernah Disinggahi Bintang Pop Dunia
Menurut Bangkok Post, Madonna dan Lady Gaga pernah melakukan kunjungan singkat ke Capella Hotel ketika mereka sedang melakukan tur di Singapura. Namun surat kabar itu tidak mencantumkan tanggal tepatnya para bintang pop dunia itu menginap ke hotel tersebut.
2. Terletak di Lokasi yang Cukup Terpencil
Capella Hotel terletak seperempat mil dari pulau utama Singapura. Hanya ada satu jalan sepanjang 710 meter yang menghubungkan pulau itu dengan pantai Singapura, yang terkadang sering terblokir karena macet.
"Lokasi hotel Capella yang terpisah dari daratan utama dapat berfungsi sebagai dinding virtual untuk mencegah ancaman keamanan," kata Muhammad Faizal Abdul Rahman, seorang peneliti keamanan nasional di Singapura, kepada The Week in Asia, Selasa (5/6).