REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May mengatakan kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Inggris mendukung kuat kesepakatan nuklir Iran. Pernyataan itu dilontarkan setelah Presiden AS Donald Trump keluar dari kesepakatan itu.
Seorang juru bicara May mengeluarkan perincian mengenai pertemuan bilateral tersebut di Downing Street pada Rabu (6/6). Sebelumnya, Netanyahu membahas masalah yang sama dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel.
"Mereka membahas Iran; Ibu Perdana Menteri kembali menyampaikan komitmen kuat kami pada Rencana Aksi Menyeluruh Bersama (JCPOA) sebagai cara terbaik untuk mencegah Iran membuat senjata nuklir. Mereka sepakat mengenai perlunya untuk menghadapi kegiatan Iran yang merusak kestabilan di wilayah itu," ujar Juru bicara May, sebagaimana dikutip Xinhua.
Mengenai Suriah, kedua pejabat tersebut sepakat mengenai pentingnya untuk melihat diakhirinya konflik itu dan penderitaan kemanusiaan. Mereka ingin ada dipeliharanya kestabilan di wilayah tersebut.
Juru bicara tersebut menambahkan May memberitahu Netanyahu bahwa ia sangat prihatin dengan serangan roket baru-baru ini dari Jalur Gaza. Namun, ia kembali menyampaikan dukungan Inggris bagi "hak Israel untuk membela diri". May juga mengatakan rakyat Palestina juga memiliki hak untuk memprotes tapi penting bahwa protes itu berjalan damai.
"Namun, May mengatakan ada keprihatinan mengenai banyaknya korban jiwa di Jalur Gaza dalam beberapa pekan belakangan, dan seputar penggunaan peluru aktif oleh Israel," ujarnya.
"Perdana Menteri tersebut menyampaikan pentingnya untuk melihat situasi di Jalur Gaza dengan cepat mereda dan semua pihak kembali ke arah perundingan langsung bagi penyelesaian dua-negara."