REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Serangan di Hodeidah, Yaman yang hendak dilaksanakan oleh koalisi pimpinan Arab Saudi, dikhawatirkan dapat menelan korban warga sipil hingga 250 ribu jiwa. PBB menyatakan hal ini pada Jumat (8/6).
Dari laporan yang ada, pasukan koalisi saat ini berada sekitar 12 kilometer dari Hodeidah. Belum diketahui secara pasti apakah rencana serangan mencakup pelabuhan di kota tersebut, yang selama ini menjadi titik masuk utama makanan dan bantuan, serta persediaan yang diperlukan.
Warga di Yaman telah mengalami kelaparan serta epidemi kolera yang masih menyebar. Banyak lembaga kemanusiaan di negara itu yang khawatir dengan dampak serangan koalisi pimpinan Arab Saudi. Diperkirakan sebanyak 600 ribu warga sipil tinggal di Hodeidah.
''Serangan militer dan pengepungan di Hodeidah akan berdampak terhadap ratusan ribu warga sipil yang tidak bersalah,'' ujar Kordinator Kemanusiaan PBB di Yaman, Lise Grande dalam sebuah pernyataan, dilansir VOA, Sabtu (9/6).
Grande menyebutkan dalam perkiraan terburuk, sebanyak 250 ribu warga sipil dapat menjadi korban. Mereka dapat menjadi korban jiwa atau kehilangan segalanya yang berharga.
PBB telah mendorong agar Amerika Serika (AS) dan negara-negara Barat lainnya untuk mendorong negara-negara Teluk Arab mengadakan pembicaraan kembali mengenai Yaman. Konflik yang telah berlangsung selama tiga tahun di sana, dinilai harus segera diakhiri dengan cara yang damai.
Yaman telah menjadi negara dengan krisis kemanusiaan terburuk di dunia dengan pertumpahan darah yang terjadi. Peristiwa ini dimulai ketika pasukan aliansi pimpinan Arab Saudi melancarkan serangan udara terhadap Houthi yang berupaya menguasi wilayah negara, termasuk Sana'a.
Sebanyak 22,2 juta warga Yaman disebut membutuhkan bantuan kemanusiaan. Diantara jumlah tersebut, ada 8,4 juta orang yang beresiko mengalami kelaparan. PBB memperkirakan jumlah ini dapat meningkat mencapai 18 juta pada tahun ini, jika situasi dan kondisi di Yaman tak kunjung membaik.