Ahad 10 Jun 2018 18:03 WIB

Dua Staf KBS Dideportasi Jelang Pertemuan Trump-Jong Un

Dua staf media KBS itu mencoba menerobos kedutaan besar Korea Utara di Singapura.

Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).
Foto: The Star Online
Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden Korea Utara Kim Jong-un (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dua anggota staf stasiun penyiaran nasional Korea Selatan (Korsel) telah dideportasi dari Singapura. Menurut keterangan kepolisian Singapura, Ahad (10/6), sebelum dideportasi keduanya sempat ditahan karena menerobos di kediaman duta besar Korea Utara (Korut) untuk Singapura.

Kabar pendeportasian ini hanya beberapa saat sebelum pertemuan puncak antara pemimpin Amerika Serikat dan Korut berlangsung. Pemimpin Korut, Kim Jong Un sudah tiba di Singapura pada Ahad menjelang pertemuan puncaknya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Pertemuan itu diperkirakan dapat mengakhiri percekcokan soal nuklir antara keduanya dan dan mengubah keadaan di Korut. Presiden Trump dijadwalkan mendarat di Singapura pada Ahad petang.

"Izin berkunjung bagi dua pria Korea Selatan telah dicabut dan mereka telah dipulangkan ke Republik Korea pada 9 Juni 2018," kata kepolisian dalam pernyataan pada Ahad.

Kedua orang itu merupakan anggota staf KBS, stasiun penyiaran publik Korea Selatan yang menjalankan layanan radio, televisi dan media daring. Sebelumnya pada Ahad, Menteri Dalam Negeri Singapura K. Shanmugam mengatakan kepada para wartawan bahwa beberapa orang telah dicegah memasuki Singapura.

"Kemarin, kami menahan seseorang dari sebuah negara di kawasan, yang oleh para petugas ICA (Badan Imigrasi dan Pos Pemeriksaan), ketika mereka menggeledah teleponnya, orang tersebut melakukan pencarian soal pengeboman bunuh diri."

Shanmugan mengatakan beberapa orang lainnya juga telah ditolak masuk ke Singapura dalam beberapa hari terakhir ini karena alasan keamanan. Namun, ia menolak memberikan keterangan lebih lanjut.

Pertemuan Trump-Kim akan memakan biaya sekitar 20 juta dolar Singapura (sekitar Rp 208,7 miliar), ungkap Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong kepada media setempat pada Ahad. Sebagian besar dana itu dikeluarkan untuk membiayai pengamanan pertemuan yang paling banyak mengundang perhatian itu yang pernah dilangsungkan di negara kota tersebut.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement