REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Presiden Suriah Bashar al-Assad membantah telah didikte Rusia terkait pergerakan militer dan politik dalam negeri. Assad mengatakan, Rusia tidak pernah sekalipun selama membina hubungan, mencoba untuk mendikte kebijakan negara.
Assad mengungkapkan, Suriah dan Rusia bahkan juga memiliki perbedaan pandangan. Dia mengatakan, perbedaan tersebut merupakan hal yang wajar antara berbagai pihak baik dalam hubungan Suriah-Rusia, Suriah-Iran, atau Iran-Rusia.
"Itu merupakan hal yang wajar tapi pada akhirnya keputusan tentang apa yang terjadi dan akan terjadi di Suriah itu merupakan keputusan kami," kata Bashar al-Assad.
Iran dan Rusia memiliki hubungan dekat dengan Suriah. Kedua negara tersebut membantu militer yang dipimpin Bashar al-Assad. Namun, agenda berbeda dari sekutu Assad di Suriah telah menjadi lebih jelas akhir-akhir ini.
Hal itu terjadi saat Israel meminta Rusia untuk memastikan Iran dan sekutu-sekutunya tidak mengabadikan kekuasaan militer mereka di negara tersebut. Assad sebelumnya tidak ingin militer dari kedua negara tersebut meninggalkan Suriah.
Assad juga pernah mengatakan jika perang yang terjadi di Suriah akan segera berakhir dalam kurun waktu satu tahun ke depan. Dia menyatakan akan mengambil alih setiap jengkal kawasan yang berada di Suriah.
Baca: Majelis Umum PBB akan Voting untuk Resolusi Palestina