REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan, perdagangan antara Singapura dan Korea Utara (Korut) dapat segera ditingkatkan. Menurutnya, hal itu dapat dilakukan jika sanksi ekonomi internasional yang melilit Korut dicabut.
"Tentu jika ada kesepakatan sudah pasti ada kemajuan dan jika sanksi dicabut saya rasa nilai perdagangan kita dapat tumbuh," kata Lee Hsien Loong.
Singapura merupakan negara ketujuh terbesar yang melakukan hubungan dagang dengan Korut. Namun, mereka menghentikan kegiatan dagang dengan Korut pada tahun lalu menyusul peningkatan tensi yang berkaitan dengan program senjata nuklir Pyongyang. "Kami sempat melakukan perdagangan dengan mereka jadi tentu itu hal yang pentensial tapi tentu membutuhkan waktu," kata Lee Hsien Loong.
Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un telah mendarat di bandara Changi di Singapura. Kedatangan Kim guna melakukan pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Kedatangan Kim disambut Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan. Kim selanjutkan dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong. Pertemuan rencananya akan dilakukan di Santosa Island pada Selasa (12/6) nanti. Konferensi tingkat tinggi (KTT) Trump-Kim akan membahas pelucutan senjata nuklir yang dimiliki Korut.
Niat untuk menghentikan program nuklir dilakukan agar Korut mendapatkan keringanan dari sanksi ekonomi internasional. Denuklirisasi dilakukan guna mengejar pertumbuhan ekonomi negara dan perdamaian di Semenanjung Korea.
Korut akan berusaha sebisa mungkin untuk membangun ekonomi sosialis yang kuat dan nyata. Harapannya, hal tersebut akan meningkatkan standar hidup masyarakat melalui mobilisasi semua sumber daya manusia dan material negara.
Sementara, Donald Trump direncanakan tiba di Singapura pada hari yang sama dengan Kim. Hanya saja Presiden AS itu dijadwalkan tiba setelah Kim Jong-un lantaran harus menghadiri pertemuan G7 di Kanada.
Baca: Donald Trump Andalkan Intuisi Ukur Keseriusan Kim Jong-un