REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Tentara Lebanon memasang gerbang elektronik (e-gate) di pintu masuk kemah pengungsi Palestina Ain al-Hilweh di Lebanon selatan. Kebijakan itu diklaim sebagai langkah terbaru meningkatkan keamanan di kemah pengungsi Palestina.
Dilansir Middle East Monitor pada Ahad (10/6), gerbang elektronik ditempatkan di empat pintu masuk utama dan titik keluar yang lebih kecil.
Pada 2016, tentara Lebanon mulai membangun dinding dengan menara pengawas untuk memisahkan kemah dari daerah sekitarnya karena masalah keamanan. Laporan mengindikasikan, awal tahun ini pembangunan tembok keamanan hampir selesai.
Pemasangan gerbang elektronik di kemah pengungsi Sidon memprovokasi kemarahan di antara faksi dan penduduk Palestina. Pemimpin politik Hamas, Ayman Shana, menolak adanya pemasangan gerbang elektronik tersebut.
"Kami mengutuk keberadaan gerbang ini karena mereka merusak martabat orang-orang kami, yang berbaris di depan gerbang, dan juga menghalangi lalu lintas masuk dan keluar," kata Shana di Sidon saat berbicara dengan the Daily Star.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa gerbang elektronik terletak di bandara dan di perbatasan, dan kemah ini adalah bagian dari wilayah Lebanon. Shana beranggapan, penempatan gerbang baru diperkirakan menyebabkan gesekan lebih lanjut antara warga Palestina dan tentara.
Pemimpin Front Demokrat Ain al-Hilweh Fouad Othman menyebut langkah-langkah yang diklaim sebagai keamanan baru merupakan penghinaan bagi warga Palestina. Dia meminta Presiden Lebanon Michel Aoun memastikan warga negara Palestina diberikan hak sipil dan kemanusiaan, mendukung semangat warga Palestina menegakkan hak kembali ke negaranya.
Ratusan pengungsi Palestina turun ke jalan untuk mengecam gerbang elektronik yang mereka namakan tembok pemisah rasis. Militer Lebanon mengatakan, dinding dan gerbang elektronik baru tidak akan berdampak negatif terhadap kemah.
Ain al-Hilweh telah diganggu oleh bentrokan berselang-seling antara beberapa faksi bersenjata serta kelompok-kelompok ekstremis yang lebih kecil. Ain al-Hilweh adalah rumah bagi sekitar 61 ribu warga Palestina, termasuk 6.000 orang yang melarikan diri dari perang di Suriah.