REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Presiden Korea Selatan (Korsel) Moon Jaen-in menaruh harapan besar pada konferensi tingkat tinggi (KTT) di Singapura. Dia mengatakan, pertemuan Amerika Serikat (AS) dan Korea Utara (Korut) merupakan awal dari perjalanan panjang terkait proses denuklirisasi Pyonyang.
Menurut Moon, pelucutan senjata nuklir Korut tentu tidak bisa dilakukan hanya melalui satu kali pertemuan. Dia mengatakan, proses denuklirisasi membutuhkan tahapan panjang yang mampu menghabiskan waktu hingga lebih dari satu tahun.
"Saya hanya menunjukan fakta bahwa dibutuhkan upaya tulus dari Selatan, Utara dan AS akan kerja sama berkelanjutan serta dari negara-negara terkait lainnya sampai kita menyelesaikan proses itu," kata Moon Jae-in kepada Yonhap seperti dikutip Straits Times, Senin (11/6).
Baca juga, Donald Trump dan Kim Jong-un akan Bertemu Empat Mata
Moon merupakan salah satu sosok yang menjadi penengah dari pertemuan bersejarah antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong-un. Sebabnya, dia mengaku optimistis jika pertemuan kedua kepala negara itu akan menghasilkan sesuatu yang positif.
"Saya memliki ekspektasi dan harapan jika KTT besok akan berjalan dengan sukses," kata Moon.
Meski demikian, Moon bersikeras jika penyelesaian masalah nuklir Pyongyang tidak akan bisa hanya diselesaikan melalui dialog antara AS dan Korut. Dia mengatakan, hubungan diplomasi yang harmonis antara kedua negara juga dibutuhkan untuk merampungkan masalah itu seutuhnya.
Baca juga, Pejabat Jepang Hadiri Pertemuan Kim Jong-un dan Donald Trump
Menurut Moon, diplomasi antara Korut dan Korsel juga dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dia menjelaskan, hubungan harmonis antara AS-Korut-Korsel merupakan hal yang saling berhubungan.
"Pemerintahan kami telah berhasil menciptakan situasi saat ini meskipun banyak kesulitan. Ini akan terus dilakukan hingga Semenanjung Korea benar-benar bebas dari nuklir dan perdamaian dapat berdiri secara permanen," kata Moon.