REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Presiden Suriah Bashar al-Assad menyangkal bahwa Rusia telah mendikte negaranya. Ia menyatakan selama ini pemerintahannya berjalan independen tanpa intervensi pihak mana pun.
Assad mengatakan Rusia memang menjadi sekutu utama Suriah saat ini. Negeri Beruang Putih telah sangat membantu Suriah dalam memerangi ISIS dan milisi pemberontak. Namun bukan berarti Suriah membiarkan Moksow merecoki urusan jalannya pemerintahan.
"Kami sudah memiliki hubungan baik dengan Rusia selama lebih dari enam dekade, hampir tujuh dekade. Mereka tidak pernah, selama hubungan kami, mencoba mendikte, bahkan jika ada perbedaan," ujar Assad ketika diwawancara sebuah surat kabar Inggris pada Ahad (10/6), dikutip laman Asharq Al-Awsat.
Ia mengakui bahwa pemerintahannya banyak mengalami pertentangan dengan Rusia dan Iran dalam menangani konflik di negaranya. "Itu sangat alami. Tapi pada akhirnya, satu-satunya keputusan tentang apa yang terjadi di Suriah dan apa yang akan terjadi, itu keputusan Suriah," kata Assad.
Assad juga telah menyangkal tudingan yang menyebut Rusia mengetahui rencana serangan udara Israel belum lama ini ke Suriah. "Tidak, tidak, itu tidak benar. Rusia tidak pernah berkoordinasi dengan siapa pun melawan Suriah, baik secara politik atau militer dan itu sebuah kontradiksi," ucapnya.
"Bagaimana mereka bisa membantu tentara Suriah maju dan pada saat yang sama bekerja dengan musuh kita untuk menghancurkan tentara kita?," kata Assad menambahkan.
Rusia mulai mengirim pasukan militernya ke Suriah pada 2015. Hal itu dilakukan ketika Assad tengah berjuang mempertahankan wilayah kekuasaannya dari milisi pemberontak. Sejak saat itu Rusia membantu Suriah memerangi kelompok milisi, termasuk ISIS.
Iran pun telah mengirim penasihat militernya ke Suriah. Namun Assad membantah tudingan yang menyebut Teheran menempatkan pasukan di negaranya.
Assad juga mengomentari tentang aksi serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis, ke negaranya pada April lalu. Menurutnya, serangan itu jelas melanggar kedaulatan Suriah.
"Ini adalah kebijakan kolonial, begitulah kami melihatnya, dan ini bukan hal baru," ucapnya.
Ia mengungkapkan saat ini negaranya telah menghentikan pertukafan informasi intelijen dengan negara-negara Eropa. "Mereka ingin bertukar informasi meskipun pemerintah mereka secara politik menentang kita. Jadi kami berkata, ketika Anda mengubah posisi politik Anda, kami siap. Sekarang, tidak ada kerja sama dengan agen-agen intelijen Eropa, termasuk Inggris," kata Assad.