REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Kementerian Pertahanan Amerika Serikat (AS) menjanjikan keamanan menyeluruh bagi negara-negara sekutu Negeri Paman Sam, salah satunya adalah Korea Selatan (Korsel). Pernyataan tersebut datang setelah adanya keputusan Presiden Donald Trump yang berniat menghentikan latihan militer dengan negara di Asia Timur tersebut.
Niat itu dinyatakan Trump setelah pertemuan bersejarah yang diadakan dengan pemimpin Korut Kim Jong Un pada Selasa (12/6) kemarin di Singapura. Ia mengatakan hal itu ditujukan sebagai upaya denuklirisasi Semenajung Korea.
Keputusan itu telah mendapat kritik, salah satunya dari Senator AS Jeanne Shaheen. Dalam pernyataannya, ia menilai kesepakatan mengakhiri latihan militer bersama dengan Korsel telah mengejutkan negara sekutu tersebut serta Pentagon.
Keprihatinan datang menyusul kemungkinan bahwa AS secara sepihak menghentikan latihan militer bersama Korsel. Hal itu juga tanpa adanya komitmen nyata yang dapat diverifikasi dari Korut untuk denuklirisasi.
Trump dan Kim Jong-un melakukan pertemuan di Capella Hotel di Pulau Sentosa, Singapura. Keduanya bertemu dalam rangka membahas denuklirisasi Semenanjung Korea.
Kesepakatan yang berpusat pada peluncutan senjata nuklir serta mengurangi ketegangan regional itu dituangkan dalam perjanjian satu halaman. Pengumuman rencana pembatalan latihan militer dengan Korsel atau apa yang sering disebut sebagai 'permainan perang' diucapkan oleh Trump dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Kim Jong-un.
Dalam sebuah pernyataan, Pentagon mengatakan bahwa Menteri Pertahanan Jim Mattis telah ikut memberikan masukan mengenai hal itu. Keamanan di wilayah negara sekutu akan tetap diprioritaskan dan dijamin.
"Aliansi kami tetap kuat dan memastikan perdamaian dan stabilitas di kawasan Semenanjung Korea," ujar pernyataan Pentagon kepada BBC, Rabu (13/6).
Latihan militer bersama atau war game (permainan perang) menjadi latihan skala besar yang digelar di pangkalan Guam. AS memiliki sekitar 30 ribu pasukan di Korsel yang bergabung dengan pasukan Korsel dalam misi keamanan bersama.
Namun, latihan militer AS dan Korsel yang digelar setiap tahun itu telah dipandang oleh Korut sebagai bentuk invasi. Pemerintah Korsel dengan tegas telah membantah tuduhan itu dan mengatakan bahwa aktivitas tersebut digelar sebagai bentuk upaya defensif atau pertahahan negara.
Baca: Cina Paling Diuntungkan dari Pertemuan Trump dan Kim Jong-un