Kamis 14 Jun 2018 04:00 WIB

Jerman Serahkan Terduga Penyiksa Muslim Saat Perang Bosnia

Terdakwa ditengarai juga terlibat dalam pembunuhan tiga Muslim Bosnia.

Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica
Foto: Reuters
Makam para korban perang Bosnia antara tahun 1992-1995 di dekat kota Srebrenica

REPUBLIKA.CO.ID, SARAJEVO -- Jerman pada Rabu (14/6) menyerahkan seorang berkebangsaan Serbia Bosnia ke Bosnia. Ia dituduh berperan dalam penahanan dan penyiksaan sekitar 120 Muslim Bosnia dalam perang Bosnia. 

Milorad Obradovic (49, tahun) yang dikenal sebagai "Stiven" diketahui dan ditahan pada akhir tahun lalu di Munich dengan surat perintah internasional yang dikeluarkan Bosnia. "Terdakwa diduga berperan dalam penahanan gelap dan penyiksaan terhadap sekitar 120 warga suku Bosnia pada Juli 1992 di Miska Glava di Prijedor, yang kemudian dibunuh," kata Kejaksaan Bosnia.

"Terdakwa juga dituduh secara pribadi dan langsung membunuh tiga warga suku Bosnia di stadion klub sepak bola Rudar, dengan menembaknya," tambahnya.

Ribuan warga Bosnia dan Kroasia tewas di pusat penahanan Serbia di Kota Prijedor di barat laut sebagai bagian dari kampanye untuk mengusir warga non-Serbia dari daerah itu. Sepuluh orang Serbia Bosnia lainnya telah diadili atas kejahatan yang dilakukan di Miska Glava.

Sekitar 100 ribu orang tewas dalam perang 1992-1995, sebagian besar dari mereka warga etnis Bosniak. Sebelumnya mantan pemimpin Serbia Radovan Karadzic dijatuhi hukuman pada 2016 karena beberapa kejahatan perang terburuk ketika Yugoslavia pecah, termasuk pembantaian Srebrenica pada 1995.

Baca juga,  Eks Pemimpin Serbia Banding di Pengadilan Kejahatan Perang.

Pada usianya ke-72 tahun, Karadzic dinyatakan bersalah atas 10 tuduhan pemunahan, kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan dalam gerakan keji pembersihan suku di Bosnia.

Pada April lalu sidang banding kembali digelar.  Karadzik mengajukan 50 alasan banding dalam upaya membatalkan vonis dan hukumannya itu. Ia juga bertindak sebagai pengacaranya, dengan bantuan penasihat hukum, dan meminta seluruh putusan dibalik dan memerintahkan "pengadilan baru dan adil".

Vonisnya ditangani oleh para hakim Amerika Serikat di Pengadilan Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY),yang mengatakan dia "di puncak kekuasaan" hirarki militer dan politik Serbia Bosnia ketika kekejaman dilakukan oleh pasukannya.



sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement