REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Satu bom mobil membunuh sedikitnya 20 orang yang berada di suatu pertemuan gerilyawan Taliban dan pasukan bersenjata Afghanistan di Nangarhar, kota di bagian timur negara itu, pada Sabtu (16/6). Peristiwa tersebut terjadi manakala tentara dan kaum militan di tempat lain di negara itu merayakan gencatan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Puluhan militan Taliban yang tak bersenjata sebelumnya memasuki ibu kota Afghanistan dan kota-kota lain untuk merayakan Idul Fitri setelah bulan puasa Ramadhan berakhir. Tentara dan para militan berangkulan dan melakukan swafoto dengan menggunakan telepon seluler mereka.
Tetapi di beberapa provinsi para pejuang itu membawa peluncur-peluncur roket, granat dan amunisi lain. Juru bicara kantor gubernur Nangarhar, Attaullah Khogyani, membenarkan terjadi serangan dengan menggunakan sebuah bom mobil di kota Ghazi Aminullah Khan, di jalan utama Torkham-Jalalabad. Sebelumnya dia mengatakan ledakan berasal dari granat yang diluncurkan dengan roket.
Sejauh ini belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut. Afghanistan juga menghadapi pemberontakan yang dilakukan ISIS dan jejaring Haqqani yang bertalian deengan Taliban.
Swafoto
Tentara Afghanistan dan gerilyawan Taliban merayakan gencatan senjata yang belum pernah terjadi sebelumnya yang menandai akhir dari bulan puasa Ramadhan dengan salam, jabat tangan, pelukan dan swafoto. Taliban mengumumkan gencatan senjata yang mengejutkan selama tiga hari selama liburan Idul Fitri, yang dimulai pada Jumat, kecuali terhadap pasukan asing. Hal tersebut tumpang tindih dengan gencatan senjata pemerintah Afghanistan yang berlangsung hingga Rabu.
Video dan gambar di media sosial menunjukkan tentara yang ceria dan Taliban saling berpelukan dan bertukar salam Idul Fitri di Provinsi Logar dan Zabul di Maidan Wardak di bagian selatan dan tengah negara itu. Wakil Menteri Dalam Negeri Afganistan Masood Azizi mengatakan gencatan senjata sedang dipantau di seluruh negeri.
"Untungnya tidak ada serangan," katanya.
Para gubernur di Helmand, Kandahar dan Zabul mengatakan kedua pihak telah mematuhi gencatan senjata dan tidak ada laporan kekerasan selama 24 jam. Anggota kelompok hak asasi manusia mengadakan pertemuan singkat antara pasukan Afghanistan dan gerilyawan Taliban di ibu kota Helmand. Laskargah, lokasi Taliban telah mengirimkan serangkaian pukulan ke pasukan pemerintah tahun ini.
Pria dan wanita berkumpul di sekitar tentara dan petempur Taliban dan mendesak mereka tetap menyarungkan senjata mereka sebelum mereka berpelukan satu sama lain. "Itu adalah Idul Fitri yang paling damai. Untuk pertama kalinya kami merasa aman. Sulit untuk menggambarkan kegembiraan," kata Qais Liwal, seorang siswa di Zabul.
Petempur Taliban berkumpul bersama warga di distrik Surkhroad, Provinsi Nangarhar, Kabul, Afghanistan, Sabtu (16/6). Foto: AP Photo/Rahmat Gal
Alun-alun utama kota Kunduz, ibu kota provinsi dengan nama yang sama yang telah menyaksikan serangkaian bentrokan berdarah, menjadi tempat pertemuan yang ramah. Residen Mohammad Amir mengatakan adik laki-lakinya telah mengatakan kepadanya Taliban dengan santai memasuki kota.
"Saya tidak bisa mempercayai mata saya," katanya. "Saya melihat Taliban dan polisi berdiri berdampingan dan berswafoto," ujarnya.
Foto-foto yang beredar di media sosial menunjukkan pasukan polisi Afghanistan bersenjata berdiri di barisan di sudut jalan yang memeluk petempur Taliban satu per satu. Sebuah video menunjukkan kerumunan besar orang-orang berteriak dan bersiul ketika mereka menyambut Taliban. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani pada Jumat menyatakan harapan gencatan senjata akan membuat jalan bagi gencatan senjata yang lebih panjang dan menyerukan Taliban datang ke meja perundingan, bukannya kembali ke medan perang.
Gencatan senjata itu bertepatan dengan dimulainya Piala Dunia, sebuah pertandingan uji coba pertandingan sepak bola melawan India dan harapan untuk pemilihan umum di akhir tahun dan untuk perdamaian yang berlangsung lebih lama dari hanya beberapa hari setelah berbulan-bulan keamanan memburuk, terutama di ibu kota, Kabul.
Taliban memerangi pasukan NATO yang dipimpin Amerika Serikat, digabungkan di bawah misi Resolute Support, dan pemerintah yang didukung AS untuk memulihkan syariah, atau hukum Islam, setelah pengusiran mereka oleh pasukan pimpinan AS pada 2001. Resolute Support berharap Taliban tetap pada gencatan senjata mereka berharap jeda itu mengarah ke perundingan dan kemajuan dalam rekonsiliasi.