REPUBLIKA.CO.ID, MOSUL -- Utusan khusus badan pengungsi PBB (UNHCR) Angelina Jolie mengunjungi kota terbesar kedua Irak, Mosul, pada Sabtu (16/5). Ia menyerukan kepada dunia internasional untuk tak melupakan para warga yang tengah kesulitan membangun kembali kota mereka usai dilanda perang.
Pasukan pemerintah Irak berhasil membebaskan Mosul pada Juli tahun lalu dari kelompok bersenjata ISIS. Kelompok tersebut menguasai kota di utara Irak itu selama tiga tahun dan menjadikannya sebagai salah satu basis "kekhalifahan" mereka. Upaya pembebasan Mosul membuat sekitar 900 ribu warga kota mengungsi dari perang.
Jolie, yang merupakan aktris Hollywood ternama, sempat menemui sejumlah keluarga dari wilayah barat Mosul. Ia juga berjalan melalui jalanan yang rusak akibat bom, demikian rekaman video dan foto yang disiarkan oleh UNHCR.
Kehidupan normal sudah kembali berjalan di banyak bagian Mosul. Sementara para pengungsi telah meninggalkan tempat penampungan dan kembali ke rumah mereka masing-masing.
Namun sebagian besar wilayah kota tua di Mosul barat sudah hancur selama peperangan yang melibatkan 100 ribu tentara aliansi. Tentara tersebut yakni unit militer pemerintah, gerilyawan Kurdi Peshmerga, dan milisi Syiah, lengkap dengan dukungan udara dari Amerika Serikat. Pembangunan kembali kota Mosul usai perang banyak dinilai lambat. "Ini adalah kerusakan paling besar yang pernah saya saksikan selama bertahun-tahun bekerja dengan UNHCR. Orang-orang di sini telah kehilangan segalanya," kata Jolie dalam pernyataan tertulis dari UNHCR.
"Mereka sangat menderita. Mereka tidak punya obat-obatan bagi para anak, dan sebagian besar tidak memiliki akses terhadap air ataupun layanan dasar lainnya," kata dia.
"Saya berharap akan ada komitmen jangka panjang untuk membangun ulang kota ini. Dan saya menyerukan komunitas internasional untuk tidak melupakan Mosul," kata Jolie.
Jolie telah bekerja dengan UNHCR sejak 2001, dan sempat mengunjungi para pengungsi dari Irak, Kamboja, dan Kenya. Kunjungan itu adalah untuk kelima kalinya dia berkunjung ke Irak, kata UNHCR.