Kamis 21 Jun 2018 07:57 WIB

Taliban Tewaskan 30 Tentara Afghanistan

Satu pangkalan militer menjadi sasaran di Distrik Balamerghab.

Rep: Sylvi Dian Setiawan/ Red: Muhammad Hafil
Taliban di Afganistan (ilustrasi).
Foto: aljazirah
Taliban di Afganistan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  KABUL--Militan Taliban menewaskan setidaknya  30 tentara Afghanistan dalam serangan di dua pos pemeriksaan di Provinsi Badghis Barat, Rabu (20/6). Gubernur Abdul Ghafoor Malikzai mengatakan, serangat tersebut merupakan serangan pertama sejak gencatan senjata yang dilakukan sebelum Idul Fitri.

Taliban mengakhiri gencatan senjata pada Ahad kemarin. Menurut Malikzai, serangan Taliban terjadi pada jam-jam awal.

Kepala Dewan Provinsi Badghis Abdul Aziz Bek mengatakan, satu pangkalan militer menjadi sasaran di Distrik Balamerghab. "Sejumlah besar Taliban datang dari beberapa arah," kata Bek seperti yang dilansir Asharq Al Awsat, Rabu (20/6).

"Setelah beberapa jam pertempuran sengit, 30 pasukan keamanan Afghanistan tewas dan Taliban merebut pangkalan," katanya menambahkan.

Bek menjelaskan, lima belas Taliban tewas di daerah lain di provinsi tersebut. Sementara itu, militan mempersiapkan serangan mereka dan melakukan pengintaian selama gencatan senjata.

Dalam laporan terpisah dari provinsi yang sama, Taliban melancarkan serangan lain ke pos pemeriksaan polisi setempat. Serangan itu menewaskan satu orang dan mencederai empat lainnya di Distrik Ob Kamari.

Juru bicara kepolisian Badghis, Naqibullah Amini, juga membenarkan kematian 30 tentara tersebut. Ia mengatakan, Taliban membunuh empat tentara dalam serangan terpisah di pos pemeriksaan keamanan di distrik yang sama.

Pemerintah juga menyerukan gencatan senjata selama libur Lebaran. Sementara itu, pejuang Taliban menuju kota-kota di seluruh negeri selama akhir pekan karena kedua belah pihak merayakan akhir bulan Ramadhan.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memperpanjang gencatan senjata sepihaknya, yaitu selama 10 hari. Beberapa orang mengkritik gencatan senjata, yang memungkinkan Taliban untuk secara bebas memasuki daerah-daerah yang dikuasai pemerintah, termasuk ibu kota Kabul.

"Konsekuensinya bisa menjadi bencana," kata salah seorang diplomat senior Barat di Kabul.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement