REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebanyak 4,2 juta orang di seluruh dunia tewas akibat tingginya polusi udara pada 2016. Hal tersebut diungkap PBB dalam laporannya yang diterbitkan pada Rabu (20/6).
"Pada 2016, 91 persen dari populasi perkotaan di seluruh dunia menghirup udara yang tidak memenuhi nilai pedoman kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk partikulat (PM 2.5). Lebih dari separuhnya terkena tingkat polusi udara setidaknya 2,5 lebih tinggi dari standar keselamatan itu," kata Laporan Pembangunan Berkelanjutan 2018 yang dirilis di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat.
Polusi udara
Dalam laporan tersebut dijelaskan banyak kota di dunia menghadapi tantangan berat dalam mengelola urbanisasi yang cepat. Misalnya, memastikan perumahan dan infrastruktur yang memadai guna mendukung pertumbuhan populasi.
Hal tersebut diperlukan guna menghadapi dampak lingkungan yang terjadi akibat ekspansi area urban yang tak terkontrol. Selain itu, ini juga dibutuhkan untuk mengurangi kerentanan terhadap bencana.
Antara 2000 dan 2014, proporsi penduduk perkotaan global yang tinggal di daerah kumuh turun dari 28,4 persen menjadi 22,8 persen. Namun kenyataannya jumlah orang yang tinggal di permukiman kumuh meningkat dari 807 juta jiwa menjadi 883 juta jiwa.