REPUBLIKA.CO.ID, GHOUTA -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, tentara pemerintah Suriah telah melakukan kejahatan kemanusiaan di Ghouta Timur. PBB mengungkapkan, militer telah dengan sengaja menyebabkan kelaparan warga Ghouta selama melakukan kepungan di daerah tersebut.
"Menyusul berakhirnya pengepungan terpanjang dalam sejarah modern, komisi PBB (terkait Suriah) mengecam metode perang di Suriah sebagai langkah yang barbar," kata seorang penyidik PBB seperti diwartakan Aljazirah, Kamis (21/6).
Kepungan selama lima tahun yang dilakukan tentara pemerintah Suriah di kawasan luar Ibu Kota Damaskus itu berakhir pada April lalu. Tentara Suriah mengatakan telah berhasil merebut kembali kawasan yang dikuasai oposisi pemerintah.
PBB kemudian memerintahkan sebuah investigasi atas perintah Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) pada Maret lalu. Tim melakukan penyelidikan di Ghouta Timur dan menghasilkan 23 halaman yang berisi laporan tentang bagaimana penderitaan mengerikan yang diderita warga.
Laporan itu mengatakan jika taktik pengepungan yang dilakukan militer menyasar semua penghuni di Ghouta Timur. Taktik itu juga memaksa populasi secara kolektif untuk menyerah atau kelaparan. "Benar-benar menjijikkan bahwa warga sipil yang terkepung diserang tanpa pandang bulu, dan secara sistematis tidak diberikan makanan dan obat-obatan," kata kepala komisi Paulo Pinheiro.
Laporan juga menyebutkan jika warga ditahan di sebuah ruang bawah tanah. Ribuan warga yang putus asa bersembunyi selama berbulan-bulan di ruang bawah tanah yang kumuh dengan jatah makanan yang terus berkurang. Lokasi persembunyian itu juga minim fasilitas sanitasi sementara mereka terus dihujani bom.
Penyidik mengatakan, taktik serupa juga dipakai selama konflik yang telah berlangsung selama tujuh tahun itu. Hingga saat ini, konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 350 ribu orang.
Laporan yang dibuat tim investigasi berdasar pada wawancara sekitar 140 narasumber yang berada di kawasan atau Jenewa. Tim, yang tidak pernah mendapat izin masuk ke Suriah itu juga mengidentifikasi foto, rekaman video, gambar satelit, rekam medis serta laporan dari sumber pemerintah dan non-pemerintah.
Laporan mencatat bahwa 140 ribu warga terpaksa kehilangan tempat tinggal saat pasukan pemerintah Suriah menyatakan niat untuk merebut kembali Ghouta pada 14 April lalu. Pemerintah kemudian mengasingkan puluhan ribu warga menyusul kesepakatan evakuasi yang dicapai di Ghouta Timur. Sekitar 50 ribu warga dievakuasi ke Idlib atau Aleppo.