Sabtu 23 Jun 2018 03:21 WIB

Bahas Migran, Pemimpin UE Lakukan Pertemuan

Pertemuan ini akan membahas sengketa migrasi yang membuat Eropa terbagi.

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Andi Nur Aminah
Angela Merkel
Foto: EPA-EFE/NDR/Wolfgang Borrs
Angela Merkel

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Para pemimpin Uni Eropa (UE) akan melakukan pertemuan puncak pada 28 dan 29 Juni 2018. Pertemuan ini akan membahas sengketa migrasi yang membuat Eropa terbagi.

Kanselir Jerman Angela Merkel berencana melakukan pertemuan darurat sebelum pertemuan puncak UE akhir pekan depan. Mengingat Perdana Menteri baru Italia menyatakan draft kesepakatan migrasi telah ditarik karena bentrokan dengan Merkel.

Merkel pun berada di bawah tekanan untuk mendapatkan persetujuan para pemimpin UE pada pertemuan puncak nanti. Sementara ingin menenangkan sekutu konservatif Bavaria Union Sosial Kristen (CSU), tetapi Italia dan negara lainnya sangat enggan menyetujui masuknya migran.

CSU akan menilai pertemuan pada 1 Juli, apakah kesepakatan apapun yang dicapai Merkel di Brussels dapat diterima. Jika kesepatakan memuaskan tidak tercapai pada pertemuan puncak pekan depan, Menteri Dalam Negeri Jerman dan Kepala CSU Horst Seehofer mengancam menentang Merkel dan berpaling pada orang-orang perbatasan Jerman yang telah meminta suaka di negara-negara UE lainnya.

Kontrol perbatasan nasional akan merusak sistem perjalanan bebas UE dan dapat menyebabkan krisis pemerintahan Jerman. Awalnya, diperkirakan pertemuan akan melibatkan delapan pemimpin UE. Namun menurut perhitungan terbaru para pejabat di Brussels, akan mengumpulkan setidaknya 17 orang.

Merkel mengatakan, pertemuan pada Ahad adalah pertemuan konsultasi dan kerja. "Ini adalah pertukaran awal dengan negara anggota yang teratrik," katanya.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Spiegel, Menteri Dalam negeri Italia Matteo Salvini memberi kesan awal adanya tantangan yang dihadapi Merkel dalam mencapai kesepakatan. "Dalam setahun akan diputuskan apakah Eropa yang bersatu masih ada atau tidak," katanya. Ia menambahkan, Italia belum siap menerima bahkan satu migran lagi.

Jerman telah menerima ratusan ribu warga Suriah dan lainnya sejak 2014. Tetapi kebijakan migrasi 'pintu terbuka' Merkel mengancam koalisinya yang berkuasa. Ia mengatakan pada Jumat (22/6), kondisi di Suriah belum tepat bagi pengungsi untuk kembali.

"Saya bekerja untuk koalisi melakukan tugasnya sebagaimana diatur dalam perjanjian koalisi," katanya saat berbicara bersama Perdana Menteri Libanon Saad Hariri. "Banyak yang harus kita lakukan," tegas Merkel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement