REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Pangeran William akan memulai kunjungan resmi pertamanya ke Israel dan ke wilayah pendudukan Palestina, pada Ahad (24/6). Meski baru-baru ini kekerasan telah terjadi di perbatasan Israel-Gaza yang menewaskan lebih dari 120 orang, William dikabarkan tidak akan berbicara masalah politik.
Direktur Council for Arab-British Understanding (CAABU), Chris Doyle, mengatakan kepada Arab News, kunjungan empat hari Pangeran William mungkin akan fokus pada pembuatan kesepakatan perdagangan dalam persiapan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tahun depan. Ia tidak akan membahas proses perdamaian Timur Tengah.
“Tentu saja Pangeran William harus pergi ke kedua wilayah yaitu Israel dan Palestina atau akan ada kemarahan. Tetapi ada risiko, kunjungannya akan menunjukkan bahwa pelanggaran hukum internasional di Gaza dapat diterima," kata Doyle, seperti dilaporkan Arab News.
Pangeran William akan memulai kunjungannya ke Yordania, sekutu lama Inggris. Pada Selasa (26/6), ia akan pindah ke Yerusalem dan mengunjungi Yad Vashem, lokasi peringatan resmi untuk korban Holocaust. Ia juga akan bertemu dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan kemudian menghadiri acara sepak bola tim campuran Arab dan Yahudi.
Pada Rabu (27/6), William akan bertemu aktivis muda Arab dan Yahudi, yang terlibat dalam program pendidikan dan sosial. Ia juga akan menyeberang ke wilayah pendudukan Palestina untuk bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah dan menghadiri acara yang berfokus pada pengungsi Palestina.
Dia dijadwalkan menyampaikan pidato di dalam sebuaj resepsi yang diselenggarakan oleh konsul Amerika di Yerusalem. Namun, protokoler melarangnya untuk membuat pernyataan yang mungkin akan dianggap memihak.
Doyle mengatakan, pernyataan yang memihak akan sangat disayangkan, mengingat ibu William, mendiang Putri Diana, telah memperjuangkan keadilan bagi orang-orang yang tertindas.
“Sangat disayangkan seseorang yang memiliki status, yang jelas-jelas telah mendapat warisan kemanusiaan dari ibunya, tidak dapat menyuarakan keprihatinan yang nyata tentang perlakuan Israel terhadap masyarakat Palestina dan pelanggaran hak asasi manusia yang merupakan masalah sehari-hari bagi mereka," papar dia.
"Ya, dia akan melihat orang-orang Arab dan Yahudi bermain sepak bola bersama, tetapi kenyataannya pemain Palestina hanya dapat melakukan perjalanan ke pertandingan sepak bola atas seizin Israel," tambahnya.
Kedatangan Pangeran William ke wilayah itu cukup mengejutkan. Banyak yang memperkirakan kunjungan akan dilakukan oleh ayahnya, Pangeran Charles, yang memiliki lebih banyak pengalaman di negara-negara yang secara politis sangat sensitif.
Namun Pangeran William dipilih mungkin karena jiwa mudanya yang dapat lebih akrab dengan generasi muda Israel yang bekerja di bidang teknologi yang akan dia temui. Sementara bagi warga Palestina kemungkinan kunjungannya tidak terlalu dianggap penting.