REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Beata Mariana de Jesus Mejia-Mejia bergegas menuju putranya sesaat setelah memasuki Bandara Internasional Baltimore-Washington. Di ruang tunggu Gate C14, ia menangis sambil menyelimuti dan memeluk anaknya yang masih berusia 7 tahun, Darwin. "Aku mencintaimu," kata Mejia dalam bahasa Spanyol.
Sudah lebih dari sebulan Mejia tidak bertemu dengan putranya. Menurut dia, pihak berwenang telah memisahkan mereka di fasilitas penampungan imigrasi di Arizona beberapa hari setelah mereka melintasi perbatasan AS-Meksiko.
Pekan ini, perempuan asal Guatemala yang berusia 38 tahun tersebut melayangkan gugatan terhadap beberapa agen pemerintah dan pejabat pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Ia meminta hakim federal untuk memerintahkan pihak berwenang segera membebaskan putranya.
Di pengadilan pada Kamis (21/6), pengacara Meija mengumumkan bahwa kesepakatan telah dicapai beberapa menit sebelum sidang dimulai. Darwin kemudian dibebaskan dari tempat penampungannya di Phoenix, Arizona, dan langsung menuju ke Washington, tempat ibunya mengajukan tuntutan di pengadilan federal.
Mejia bertemu putranya di Bandara Internasional Baltimore-Washington pada Jumat (22/6) pagi. Ia ditemani oleh anggota tim kuasa hukumnya, yang merekam pertemuan mengharukan antara ia dan putranya.
Saat keduanya berada di depan kerumunan wartawan, Mejia tersenyum. Ia mengatakan kepada para wartawan itu bahwa dia masih merasakan kesedihan yang dirasakan putranya. Darwin terlihat menatap ibunya dengan bibir yang bergetar.
Kepada CNN, Mejia mengungkapkan dia telah berusaha mengetahui keberadaan putranya selama berminggu-minggu. Tetapi tidak ada yang bisa memberinya jawaban yang jelas. "Ini tidak adil bagi seorang ibu. Rasanya seperti mereka menaruh pisau di dadamu dan membunuhmu," kata Mejia.
Mejia menjelaskan, dia dan putranya datang ke AS untuk mencari suaka. Ia melarikan diri dari ancaman pembunuhan dan kekerasan yang dilakukan suaminya di Guatemala. Mereka melintasi perbatasan pada 19 Mei di dekat San Luis, Arizona, dan segera dibawa ke pusat penahanan oleh agen Patroli Perbatasan.
Dalam gugatannya, dia menuduh pejabat AS telah melanggar haknya dengan mengambil putranya di pusat penahanan.
Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari kasus anak Mejia. Departemen ini mengelola tempat penampungan bagi anak-anak imigran di bawah umur yang dipisahkan dari orang tua mereka.
Departemen Keamanan Dalam Negeri, Immigration and Customs Enforcement, dan US Customs and Border Protection juga menolak berkomentar, dengan alasan kebijakan mereka tidak membahas litigasi yang tertunda.
Gugatan Mejia bukanlah satu-satunya upaya untuk menentang pemisahan paksa anak-anak imigran dari orang tua mereka. Namun gugatan ini merupakan gugatan pertama yang diajukan seorang individu sejak Pemerintah AS mengumumkan kebijakan toleransi nol yang kontroversial.
Pada Rabu (20/6), sekelompok imigran yang ditahan juga mengajukan gugatan serupa, yang meminta pengadilan federal untuk menyatukan kembali mereka dengan anak-anak mereka. Sementara American Civil Liberties Union (ACLU) telah melayangkan gugatan kelompok (class action).
Dalam sebuah perintah eksekutif baru yang dikeluarkan pada Rabu (20/6), Trump mengatakan ia tidak akan memisahkan keluarga imigran yang ditangkap di perbatasan. Namun tidak jelas bagaimana perintah eksekutif ini dapat mempengaruhi keluarga yang sudah terpisah.
Pejabat Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat mengatakan mereka sedang menunggu instruksi lebih lanjut. Pada Kamis (21/6), anggota tim kuasa hukum Mejia mengatakan perjuangan mereka belum berakhir selama masih banyak orang tua imigran yang terpisah dari anak-anak mereka di bawah kebijakan imigrasi Trump.
"Anak ini bukan satu-satunya. Ada ribuan anak yang berada di tempat yang sama yang harus kita selamatkan," ujar pengacara Mario Williams.
Mejia dibebaskan dari tahanan pada 15 Juni setelah Libre by Nexus, sebuah perusahaan obligasi imigrasi, membayar obligasi sebesar 12.500 dolar AS. Divisi hukum perusahaan tersebut turut membantu Mejia di pengadilan.
CEO Nexus Services Mike Donovan mengatakan, pembayaran obligasi dan bantuan hukum diberikan secara pro bono sebagai bagian dari program khusus untuk klien miskin.
Berbicara di luar pengadilan federal pada Kamis (21/6), Donovan menuturkan ia berharap dapat mengubah kasus Mejia menjadi gugatan class action untuk membantu orang tua lain agar bisa segera bersatu kembali dengan anak-anak mereka. "Sudah waktunya menyingkirkan sejarah Amerika yang sangat gelap, menyedihkan, dan sakit ini di belakang kami," kata Donovan