REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres telah menyampaikan keprihatinan sehubungan peningkatan aksi militer baru-baru ini di bagian barat-daya Suriah, kata juru bicaranya pada Jumat (22/6). Serangan itu, termasuk serangan darat dan pemboman udara, telah mengakibatkan mengungsinya ribuan warga sipil, kebanyakan perempuan pergi ke arah perbatasan Jordania, kata Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, di dalam satu pernyataan.
Pasukan Pemerintah Suriah berusaha merebut kembali daerah di bagian selatan negeri tersebut, yang dikuasai gerilyawan, kata Xinhua, Sabtu (23/6). Pertempuran dan pemboman dilaporkan berkecamuk pada Kamis di banyak kota besar di sisi timur dan barat Gubernuran Daraa, kata PBB.
Pada Rabu, pemboman dan pertempuran di beberapa wilayah Gubernuran Daraa dilaporkan menewaskan 20 orang, termasuk 11 orang di Kota Daraa, dan melukai banyak orang lagi. Sekretaris Jenderal PBB juga prihatin dengan resiko besar yang ditimbulkan oleh serangan itu terhadap keamanan regional, kata Dujarric.
"Sekretaris Jenderal menggaris-bawahi situasi rapuh warga sipil di Suriah Selatan. Ia menyerukan segera diakhirinya peningkatan aksi militer baru-baru ini dan mendesak semua pemegang saham agar menghormati kewajiban mereka berdasarkan hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional, termasuk perlindungan warga sipil dan prasarana sipil," kata juru bicara tersebut.
Guterres, yang mengingatkan mengenai pengaturan bagi penurunan ketegangan dan gencatan senjata yang telah menyediakan ketenangan relatif di bagian barat-daya Suriah selama satu tahun terakhir, mendesak semua pihak agar menahan diri dan berpegang pada komitmen itu sebagai masalah prioritas, katanya. Dalam perkembangan lain, PBB pada Jumat pagi menyatakan badan dunia tersebut terkejut dengan laporang mengenai dua ledakan bahan peledak yang diletakkan di dalam kendaraan di Kota Idlib di bagian barat-laut Suriah.
Delapan orang, termasuk satu anak kecil, meninggal dan 30 orang lagi cedera dalam peristiwa tersebut. Satu bom mobil meledak di dekat pintu masuk Idlib Timur pada Kamis.
Tak lama setelah ledakan bom itu, satu sepeda motor yang dipasangi bom meledak di daerah yang sama. Sebanyak 2,5 juta orang tinggal di Gubernuran Idlib, yang dikuasai gerilyawan. Hampir separuh dari mereka telah mengungsi akibat kerusuhan dan sangat memerlukan bantuan kemanusiaan, kata juru bicara PBB dalam satu taklimat.