Ahad 24 Jun 2018 09:42 WIB

Jet Tempur Rusia Kembali Lancarkan Serangan di Suriah

Militer Rusia ingin memperluas serangan pemerintah Suriah.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Jet tempur Rusia
Jet tempur Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Jet Rusia menyerang sebuah kota yang dikuasai oposisi di Suriah barat daya pada Ahad (24/6). Sumber oposisi mengatakan hal itu merupakan upaya Moskow untuk memperluas serangan tentara Suriah dalam merebut kembali wilayah strategis yang berbatasan dengan Yordania dan Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel.

Dua pusat pelacakan yang memantau pergerakan pesawat militer mencatat setidaknya 20 serangan di Busra al Harir, timur laut Deraa, sebuah kota di Suriah.

"Kami telah melacak satu serangan tiba-tiba dari lima jet Rusia yang melakukan 25 serangan," kata salah seorang narasumber. Ia mengatakan jet perang berasal dari pangkalan udara Hmeimim Rusia di provinsi pantai barat Latakia di Suriah. Sejauh ini, pasukan pemerintah Suriah  telah menggunakan artileri, roket, dan pesawat tempur Rusia  untuk pemulihan daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.

Presiden Suriah Bashar al-Assad telah bersumpah untuk merebut kembali wilayah strategis yang sensitif. Tentara mulai meningkatkan serangannya di lokasi itu pekan lalu. Ini mengancam zona "de-eskalasi" yang disepakati oleh Amerika Serikat dan Rusia tahun lalu.

Menggunakan militer  Rusia dalam kampanye perebutan kembali Suriah selatan akan melemahkan kemampuan kelompok pemberontak Free Syrian Army (FSA) untuk menahan pemboman tanpa henti di daerah-daerah sipil. Hal itu memaksa rekan-rekan mereka di daerah lain untuk tunduk pada kesepakatan penyerahan diri.

Harapan oposisi mulai meningkat setelah Washington memperingatkan Assad dan sekutu-sekutunya terkait pelanggaran zona de-eskalasi. Pelanggaran itu akan berakibat serius. AS juga menjanjikan langkah-langkah tegas dan tepat terkakait hal itu.

Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, mengatakan pada  Jumat bahwa eskalasi militer Suriah secara jelas melanggar pengaturan de-eskalasi. "Rusia pada akhirnya akan bertanggung jawab atas eskalasi lebih lanjut di Suriah," kata Haley dalam sebuah pernyataan.

Pemberontak di Suriah selatan telah menerima dukungan, termasuk senjata dari musuh asing Assad selama perang tujuh tahun itu. Namun para analis yakin bantuan itu menurun setelah Presiden AS Donald Trump memutuskan tahun lalu untuk menutup program bantuan militer yang dijalankan oleh Central Intelligence Agency. Kecuali kesepakatan dicapai antara Moskow dan Washington mengenai nasib Suriah selatan.

Suriah Barat Daya menjadi perhatian strategis bagi Israel yang bersekutu dengan AS. Israel tahun ini telah meningkatkan serangan terhadap milisi dukungan Iran yang bersekutu dengan Assad.

Sekutu AS Yordan mengumumkan bahwa negara itu terlibat dalam diplomasi intensif dengan Washington dan Moskow untuk melestarikan zona itu dan mencegah konfrontasi yang lebih luas. "Kami menekankan pentingnya menghormati perjanjian dan kami bekerja untuk mencegah ledakan situasi," kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi dalam tweet pada  Jumat.

Baca: Pemilu Turki Digelar Hari Ini, Tantangan Besar Adang Erdogan

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement