REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS -- Media Pemerintah Suriah melaporkan, dua rudal Israel telah menghantam gudang senjata milik pasukan Hizbullah pada Selasa (26/6). Gudang tersebut terletak tak jauh dari bandara internasional di ibu kota Damaskus, Suriah.
"Rudal Israel menghantam gudang senjata Hizbullah dekat bandara," ujar Kepala Syrian Observatory for Human Rights, Rami Abdel Rahman, yang mengonfirmasi serangan tersebut pada Selasa (26/6), seperti dilaporkan laman Arab News.
Dia mengatakan, serangan udara itu terjadi pada pukul 01.00 dini hari waktu setempat, tanpa menyebabkan ledakan besar, meskipun menghantam gudang senjata. Ia menuturkan, sistem pertahanan udara Suriah telah gagal mencegat rudal-rudal Israel tersebut.
Israel telah memperingatkan meningkatnya kehadiran militer Iran di Suriah, yang dipandang sebagai ancaman terhadap keamanannya. Pasukan Israel telah melakukan berbagai serangan terhadap target Iran dan target Hizbullah yang berafiliasi dengan Iran di Suriah.
Seorang pejabat Amerika Serikat (AS) bahkan mengungkapkan, pasukan Israel telah melakukan serangan mematikan terhadap pangkalan militer Irak di Suriah timur pada 17 Juni lalu.
Israel merebut sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari pada 1967 dan kemudian mencaploknya. Langkah ini tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Sebelumnya, Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan, konflik di Suriah bukan perang saudara, melainkan perang internasional. Hal itu disampaikan Assad saat wawancara dengan NTV Rusia, yang isinya disiarkan oleh kantor berita SANA, Ahad (24/6).
Assad mengatakan, AS berusaha menyusun kembali peta politik, termasuk kemungkinan militer dunia. Ia menilai, Suriah adalah medan perang utama, setidaknya di Timur Tengah, untuk AS menyusun peta tersebut.
Seperti dikutip Xinhua, menurut Assad, berbicara dengan AS sekarang tidak ada gunanya, hanya buang-buang waktu. Ia menjelaskan, perang internasional ialah antara pasukan yang mendukung terorisme dan pasukan lain yang menginginkan perdamaian.
Baca juga, Jet Tempur Rusia Kembali Lancarkan Serangan di Suriah.
"Ketika Anda berbicara mengenai kepentingan, Anda mendapati bahwa perang ini adalah antara kekuatan utama, antara Amerika Serikat dan sekutu Barat-nya--yang mendukung teroris untuk mewujudkan hegemoni mereka--dan pihak Rusia bersama sekutunya, yang sasarannya ialah memerangi terorisme dan memulihkan hukum internasional," katanya.