REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani berjanji kepada warga Iran pemerintah dapat menangani tekanan ekonomi dari sanksi baru Amerika Serikat (AS). Ini disampaikan Rouhani setelah massa berkumpul di luar parlemen. Mereka memprotes penurunan tajam nilai mata uang nasional.
Rouhani mengatakan pendapatan pemerintah belum terpengaruh dalam beberapa bulan terakhir. Menurutnya, jatuhnya nilai mata uang Iran adalah hasil dari propaganda media asing.
"Bahkan dalam kasus terburuk, saya berjanji kebutuhan dasar Iran akan disediakan. Kami memiliki cukup gula, gandum, dan minyak goreng. Kami memiliki cukup mata uang asing untuk disuntikkan ke pasar," kata Rouhani dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi negara.
Rouhani mengatakan sanksi baru AS adalah bagian dari perang psikologis, ekonomi dan politik. Ia menambahkan Washington akan membayar harga tinggi untuk tindakannya.
"Penarikan adalah keputusan terburuk yang Trump buat. Itu mengejutkan. Itu merusak reputasi global Amerika," katanya.
Washington akan mulai menerapkan kembali sanksi ekonomi di Teheran dalam beberapa bulan mendatang setelah Presiden AS Donald Trump menghentikan kesepakatan nuklir Iran. Dalam kesepakatan itu, sanksi dicabut sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran.
Ini mungkin memotong pendapatan mata uang Iran dari ekspor minyak. Pada Senin (25/6), polisi berpatroli di Grand Bazaar Teheran. Pasukan keamanan berusaha memulihkan keadaan setelah bentrokan dengan para pemrotes karena turunya mata uang. Menurut demonstran, turunnya nilai mata uang Iran mengganggu bisnis dengan menaikkan biaya impor.